Selasa, 03 Februari 2009

Iman dan sains

Pertanyaan: Apakah iman kepada Allah dan sains berkontradiksi?

Jawaban: Sains didefinisikan sebagai “observasi, identifikasi, deskripsi, penyelidikan melalui eksperimen dan penjelasan teoritis mengenai suatu fenomena.” Sains adalah metode yang digunakan manusia untuk mendapatkan pengertian yang lebih besar mengenai alam semesta. Sains adalah usaha untuk mendapatkan pengetahuan melalui observasi dan dugaan. Kemajuan dalam dunia sains memperlihatkan daya jangkau logika dan imajinasi manusia. Sekalipun demikian, kepercayaan orang Kristen terhadap sains tidaklah serupa dengan kepercayaan kita terhadap Tuhan. Seorang Kristen dapat beriman kepada Allah dan menghormati sains selama kita mengingat mana yang sempurna dan mana yang tidak.

Kepercayaan kita kepada Allah adalah kepercayaan berdasarkan iman. Kita beriman kepada AnakNya untuk keselamatan, beriman kepada FirmanNya untuk pengajaran, dan beriman kepada Roh Kudus untuk bimbingan. Iman kita kepada Allah haruslah bersifat mutlak karena ketika kita beriman kepada Allah kita bergantung pada Pencipta yang sempurna, mahakuasa dan mahatahu. Kepercayaan kita kepada sains harus bersifat intelektual – dan tidak lebih dari itu. Kita dapat mengandalkan sains untuk melakukan banyak hal yang besar, namun sains juga berbuat kesalahan. Jikalau kita beriman kepada sains, kita bergantung pada orang-orang yang tidak sempurna, berdosa dan terbatas. Sepanjang sejarah sains sudah terbukti salah dalam banyak hal, misalnya bentuk bumi, penerbangan, vaksin, transfusi darah, bahkan reproduksi. Allah tidak pernah salah.

Kebenaran bukanlah sesuatu yang ditakuti oleh orang Kristen, karena itu tidak ada alasan bagi orang Kristen untuk membenci sains yang baik. Belajar mengenai cara Allah membangun alam raya menolong umat manusia untuk lebih menghargai keajaiban ciptaan. Memperluas pengetahuan kita menolong kita untuk mengatasi penyakit, meningkatkan tingkat keperdulian kita dan mengatasi kesalahpengertian. Sekalipun demikian, ada bahayanya ketika para ilmuwan menempatkan kepercayaan mereka pada logika manusia melampaui iman kepada Pencipta kita. Mereka-mereka ini tidak berbeda dari orang-orang yang menganut agama tertentu – mereka memilih beriman kepada manusia dan akan berusaha mencari fakta-fakta untuk mempertahankannya.

Sekalipun demikian, para ilmuwan yang paling rasional, termasuk mereka yang menolak untuk percaya kepada Allah, mengakui keterbatasan dalam pengertian kita akan alam semesta. Mereka mengakui bahwa baik Allah maupun Alkitab tidak dapat dibuktikan atau disangkal oleh sains, sama seperti banyak teori yang mereka sukai yang tidak dapat dibuktikan atau disangkal. Sains dimaksudkan sebagai suatu disiplin yang sama sekali netral, hanya berusaha menemukan kebenaran, bukan untuk membuktikan agenda tertentu. Dan Allah selalu menghendaki kita datang kepadaNya dengan iman, bukan dengan logika.

Banyak sains yang mendukung keberadaan dan karya Allah. Mazmur 19:2 mengatakan, “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya.” Makin ilmu pengetahuan modern belajar mengenai alam semesta, kita makin menemukan bukti dalam ciptaan. Kompleksitas dan replikasi DNA yang mengagumkan, hukum-hukum fisika yang rumit dan saling menunjang, kondisi dan sistim kimia yang begitu harmonis dan sempurna di bumi ini semua mendukung berita Alkitab. Orang Kristen sepatutnya mendukung sains yang mencari kebenaran namun menolak para “imam sains” yang menempatkan pengetahuan manusia di atas Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar