Selasa, 03 Februari 2009

Mengapah penting doa Bersama

Apakah doa bersama adalah sesuatu yang penting? Apakah doa bersama lebih berkuasa dari berdoa secara pribadi?

Jawaban: Doa bersama adalah bagian penting dari hidup bergereja, sama halnya dengan beribadah, doktrin yang benar, perjamuan kudus dan persekutuan. Gereja mula-mula berkumpul secara rutin untuk bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, memecahkan roti dan berdoa bersama (Kisah Rasul 2:42), dimulai sejak setelah Yesus bangkit (Kisah Rasul 1:14) dan berlanjut terus hingga hari ini. Ketika kita berdoa bersama dengan orang-orang percaya lainnya, pengaruhnya sangatlah positif. Doa bersama membangun dan menyatukan kita dalam iman yang satu. Roh Kudus yang sama yang berdiam dalam setiap orang percaya menyebabkan hati kita bersukacita saat kita mendengar pujian kepada Tuhan dan Juruselamat kita, merajut dan menyatukan kita dalam ikatan yang unik yang tidak ditemukan di tempat lain.

Bagi mereka yang kesepian dan bergumul dengan beban kehidupan, mendengarkan orang mengangkat mereka ke tahta anugrah memberi semangat yang besar. Mendoakan mereka juga membangun kasih dan perhatian terhadap orang lain. Doa bersama juga mengajar orang-orang yang baru percaya bagaimana berdoa dan membawa mereka kepada persekutuan yang intim dalam tubuh Kristus. Pada saat yang sama, doa bersama hanyalah merupakan refleksi dari hati orang-orang yang ambil bagian. Dengan rendah hati kita datang kepada Tuhan (Yakobus 4:10), dalam kebenaran (Mazmur 145:18), dan ketaatan (1 Yohanes 3:21-22), dengan ucapan syukur (Filipi 4:6) dan keyakinan (Ibrani 4:16). Sayangnya, doa bersama dapat pula menjadi sarana bagi mereka yang kata-katanya bukan ditujukan pada Tuhan, tapi pada para pendengar mereka. Dalam Matius 6:5-8 Yesus memperingatkan kita untuk berhati-hati dengan dengan sikap semacam itu saat Dia mengingatkan kita untuk tidak bersikap pamer dan bertele-tele atau munafik dalam doa-doa kita, namun berdoa secara sendiri di dalam kamar untuk menghindari cobaan semacam itu.

Tidak ada sesuatu apapun di dalam Alkitab yang mengindikasikan bahwa doa bersama adalah “lebih berkuasa” dibanding dengan doa pribadi dalam hal menggerakkan tangan Tuhan. Terlalu banyak orang Kristen yang menyamakan doa dengan “mendapatkan sesuatu dari Tuhan,” dan doa bersama pada umumnya menjadi kesempatan untuk mengutarakan daftar permintaan kita. Doa yang Alkitabiah memiliki banyak sisi, termasuk keinginan untuk masuk ke dalam persekutuan yang intim dengan Tuhan kita yang kudus, sempurna dan adil. Bahwa Tuhan yang demikian bersedia mencondongkan telingaNya kepada ciptaanNya membuat pujian dan penyembahan dinyatakan dengan berlimpah (Mazmur 27:4; 63:1-8), menghasilkan penyesalan dan pengakuan yang tulus (Mazmur 51; Lukas 18:9-14), melahirkan ucapan syukur (Filipi 4:6; Kolose 1:12), dan membuahkan doa syafaat yang sungguh-sungguh untuk orang-orang lain (2 Tesalonika 1:11; 2:16).

Permohonan doa tidak ditemukan dalam doa-doa Paulus atau Yesus kecuali saat mereka mengutarakan apa yang menjadi keinginan mereka, tapi selalu dalam ketaatan pada kehendak Allah (Matius 26:39; 2 Korintus 12:7-9). Dengan demikian, doa adalah bekerja sama dengan Tuhan untuk menggenapi rencanaNya, dan bukan berusaha untuk mencondongkan Dia kepada keinginan kita. Saat kita membuang keinginan kita sendiri dan tunduk kepada Dia yang mengetahui keadaan kita lebih dari kita sendiri, dan yang “mengetahui apa yang kamu perlukan sebelum kamu minta kepadaNya (Matius 6:8) doa kita mencapai tingkat yang tertinggi. Karena itu, doa yang dinaikkan dalam ketaatan kepada kehendak Illahi selalu dikabulkan, baik didoakan oleh satu orang atau oleh seribu orang. Di sinilah terletak kuasa doa yang sebenarnya.

Pemikiran bahwa doa bersama lebih dapat menggerakkan Tuhan pada umumnya berasal dari salah penafsiran terhadap Matius 18:19-20, “Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."” Ayat-ayat ini berasal dari bagian yang lebih luas yang berbicara mengenai prosedur yang harus diikuti dalam hal disiplin gereja terhadap anggota gereja yang berdosa. Menafsirkan ayat ini sebagai kesempatan bagi orang-orang percaya untuk meminta apa saja yang mereka sepakati, tidak peduli itu berdosa atau bodoh, bukan saja tidak sesuai dengan konteks mengenai disiplin gereja, namun juga bertentangan dengan ayat-ayat lain dari Alkitab, khususnya yang berhubungan dengan kedaulatan Tuhan dan berbagai perintah supaya orang-orang percaya tunduk pada kehendakNya, dan bukan sebaliknya.

Selain itu, percaya bahwa di mana “dua atau tiga orang berkumpul” untuk berdoa maka ada kuasa magis yang secara otomatis ditambahkan kepada doa adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Pastilah Yesus hadir pada saat dua atau tiga orang berdoa, namun Dia juga hadir saat seorang percaya berdoa sendirian, bahkan sekalipun orang tsb terpisah dari orang percaya lain beribu-ribu mil jauhnya. Salah tafsir terhadap ayat-ayat ini menunjukkan mengapa penting untuk membaca dan mengerti ayat-ayat Alkitab dalam konteksnya dan dalam terang seluruh Alkitab.

Mengapah harus berdoa dalam nama Yesus

Apa artinya berdoa dalam nama Yesus?

Jawaban: Berdoa dalam nama Yesus diajarkan dalam Yohanes 14:13-14, “Dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya." Beberapa orang dengan salah menerapkan ayat ini dan beranggapan bahwa asal mengatakan “dalam nama Yesus” pada akhir dari doa maka Tuhan akan selalu mengabulkan apasaja yang diminta. Ini pada dasarnya memperlakukan “dalam nama Yesus” seperti sebuah mantra. Hal ini sama sekali tidak Alkitabiah.

Berdoa dalam nama Yesus berarti berdoa dengan otoritas Yesus dan minta kepada Allah Bapa untuk menjawab doa kita karena kita datang dalam nama anakNya, Yesus. Berdoa dalam nama Yesus memiliki arti yang sama dengan berdoa sesuai dengan kehendak Allah. “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya” (1 Yohanes 5:14-15). Berdoa dalam nama Yesus berarti berdoa untuk hal-hal yang menghormati dan memuliakan Yesus.

Mengucapkan “dalam nama Yesus” pada akhir dari doa bukanlah sebuah mantra. Jika apa yang Anda minta dalam doa bukanlah untuk kemuliaan Tuhan dan bukan sesuai dengan kehendakNya, mengatakan “dalam nama Yesus” tidak ada artinya. Yang penting adalah berdoa dengan sungguh-sungguh dalam nama Yesus dan bagi kemuliaanNya; bukan sekedar menempelkan kata-kata tertentu pada akhir dari doa. Dalam doa, bukan kata-katanya yang penting, tapi maksud dari doa itu. Berdoa untuk hal-hal yang sesuai dengan kehendak Tuhan pada hakekatnya adalah berdoa dalam nama Yesus.

Bagaimana doa dijawab oleh Tuhan

Bagaimana supaya doa-doa saya dijawab oleh Tuhan?

Jawaban: Banyak orang memandang “doa yang dijawab” sebagai Tuhan mengabulkan permohonan yang dipanjatkan kepadaNya. Jikalau doanya tidak dikabulkan, sering dianggap bahwa doa itu tidak dijawab. Sebetulnya ini adalah pengertian yang tidak tepat mengenai doa. Tuhan menjawab setiap doa yang dinaikkan kepadaNya. Yang harus kita ingat adalah bahwa kadang-kadang Tuhan menjawab “tidak” atau “tunggu.” Tuhan hanya berjanji untuk mengabulkan doa-doa kita kalau apa yang kita minta sesuai dengan kehendakNya. 1 Yohanes 5:14-15 “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya.”

Apa artinya berdoa sesuai dengan kehendak Tuhan? Berdoa sesuai dengan kehendak Tuhan adalah berdoa untuk hal-hal yang menghormati dan memuliakan Tuhan dan/atau berdoa untuk hal-hal yang Alkitab secara jelas ungkapkan sebagai kehendak Allah. Jikalau kita berdoa untuk sesuatu yang tidak menghormati Tuhan atau yang bukan kehendak Tuhan bagi hidup kita, Tuhan tidak akan memberi apa yang kita minta. Bagaimana kita mengetahui apa yang menjadi kehendak Tuhan? Tuhan berjanji memberi kita hikmat saat kita memintanya. Yakobus 1:5 mengatakan, “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, —yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit—,maka hal itu akan diberikan kepadanya.” Kenali apa yang Alkitab katakan mengenai kehendak Tuhan bagi hidup Anda. Makin kita mengenal Firman Tuhan, makin kita mengetahui apa yang kita perlu doakan. Makin kita mengetahui apa yang kita perlu doakan, makin efektiflah kehidupan doa kita.

Apakah boleh berdoa berulang-ulang

Apakah boleh berdoa berulang-ulang untuk hal yang sama, atau kita sepatutnya hanya minta satu kali saja?

Jawaban: Lukas 18:1-7 mengatakan, “Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kata-Nya: "Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun. Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku." Kata Tuhan: "Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?”

Lukas 11:5-13 mengatakan, “Lalu kata-Nya kepada mereka: "Jika seorang di antara kamu pada tengah malam pergi ke rumah seorang sahabatnya dan berkata kepadanya: Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya; masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepada saudara. Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya. Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya."

Kedua bagian Alkitab ini mendorong kita untuk berdoa – dan terus berdoa! Tidak ada salahnya terus menerus meminta hal yang sama. Sepanjang hal itu adalah dalam kehendak Tuhan (1 Yohanes 5:14-15), mintalah terus sampai Tuhan memberikan apa yang Anda minta atau menyingkirkan hal itu dari hati Anda. Kadang-kadang Tuhan membiarkan kita menunggu untuk jawaban atas doa-doa kita untuk mengajar kita bersabar dan bertekun. Kadang-kadang kita meminta untuk apa yang bukan merupakan waktunya untuk Tuhan berikan. Kadang-kadang kita meminta untuk apa yang bukan menjadi kehendak Tuhan bagi kita, dan Dia akan terus berkata tidak. Doa bukan hanya kita mengajukan permintaan kita kepada Tuhan, namun juga kesempatan bagi Tuhan untuk menyatakan kehendakNya kepada kita. Teruslah meminta, teruslah mengetuk, teruslah mencari – sampai Tuhan mengaruniakan permohonan Anda, atau meyakinkan Anda bahwa itu bukanlah kehendakNya bagi Anda.

Mengapah berdoa

Mengapa berdoa? Apa gunanya berdoa jika Tuhan mengetahui masa depan dan mengontrol segala sesuatu?

Jawaban: Mengapa berdoa? Mengapa berdoa kalau Tuhan sudah secara sempurna menguasa segala sesuatu? Mengapa berdoa kalau Tuhan telah mengetahui apa yang akan kita minta sebelum kita memintanya?

(1) Doa adalah suatu wujud pelayanan kepada Tuhan (Lukas 2:36-38). Kita berdoa karena Tuhan memerintahkan kita untuk berdoa (Filipi 4:6-7).

(2) Tuhan Yesus dan gereja mula-mula memberikan kita contoh doa (Markus 1:35; Kisah Rasul 1:14; 2:42; 3:1; 4:23-32; 6:4; 13:1-3). Jika Yesus memandang perlu untuk berdoa kita juga perlu.

(3) Tuhan menghendaki doa menjadi sarana untuk memperoleh jalan keluar untuk berbagai situasi:

a. Mempersiapkan keputusan-keputusan besar (Lukas 6:12-13)
b. Mengatasi halangan kuasa kegelapan dalam hidup (Matius 17:14-21)
c. Meminta pengerja-pengerja untuk tuaian rohani (Lukas 10:2)
d. Mendapatkan kekuatan untuk mengatasi pencobaan (Matius 26:41)
e. Cara untuk menguatkan orang lain secara rohani (Efesus 6:18-19)

(4) Kita memiliki janji Tuhan bahwa doa kita tidak akan sia-sia bahkan jika kita tidak mendapatkan apa yang secara khusus kita minta (Matius 6:6; Roma 8:26-27).

(5) Dia berjanji bahwa jika kita meminta hal-hal yang sesuai dengan kehendakNya, Dia akan memberi apa yang kita minta (1 Yohanes 5:14-15).

Kadang-kadang Dia menunda jawabanNya sesuai dengan hikmatNya dan untuk kebaikan kita. Dalam situasi-situasi ini, kita perlu dengan rajin dan bertekun dalam doa (Matius7:7; Lukas 18:1-8). Doa tidak boleh dipandang sebagai cara untuk memaksa Tuhan melakukan kemauan kita dalam dunia, tapi sebagai cara untuk menggenapi kehendak Tuhan di atas bumi ini. Hikmat Tuhan jauh melampaui hikmat kita.

Dalam situasi-situasi di mana kita tidak tahu secara persis apa yang merupakan kehendak Tuhan, doa adalah cara untuk menemukan kehendak Tuhan. Jikalau Petrus tidak meminta Yesus memanggil dia keluar dari perahu ke atas air, dia pasti sudah kehilangan kesempatan itu (Matius 14:28-29). Jikalau si wanita Siro-Fenisia yang putrinya diganggu setan tidak berdoa kepada Kristus, putrinya tidak akan sembuh (Markus 7:26-30). Jika orang buta di luar kota Yerikho tidak berseru kepada Kristus, dia akan tetap buta (Lukas 18:35-43). Tuhan telah mengatakan bahwa sering kita tidak memperoleh karena kita tidak meminta (Yakobus 4:2). Dalam pengertian tertentu, doa adalah seperti membagikan Injil dengan orang-orang lain. Kita tidak tahu siapa yang akan meresponi berita Injil sampai kita mulai membagikannya. Demikian pula dengan doa. Kita tidak akan pernah melihat hasil dari doa sampai kita berdoa.

Tidak adanya doa menyatakan tidak adanya iman dan tidak adanya kepercayaan kepada Firman Tuhan. Kita berdoa untuk menyatakan iman kita kepada Tuhan, bahwa Dia akan melakukan apa yang telah dijanjikanNya dalam FirmanNya, dan akan memberkati hidup kita dengan berlimpah lebih dari apa yang dapat kita minta atau harapkan (Efesus 3:20). Doa adalah sarana utama untuk melihat Tuhan bekerja dalam hidup orang-orang lain. Karena doa adalah cara kita untuk “bersambungan” dengan kuasa Tuhan, doa adalah cara kita untuk mengalahkan musuh dan pasukannya (Iblis dan tentara-tentaranya) yang dengan diri sendiri kita tidak akan berdaya. Karena itu kiranya Tuhan kerap kali menemukan kita di hadapan tahtaNya, sebab kita memiliki Imam Besar di surga yang dapat memahami segala yang kita alami (Ibrani 4:15-16). Kita memiliki janji bahwa doa orang benar apabila dengan yakin didoakan sangat besar kuasanya (Yakobus 5:16-18). Kiranya Tuhan memuliakan namaNya dalam hidup kita saat kita percaya dan sering datang kepadanya di dalam doa.


Dapatkah orang Kristen berdamai dengan orang muslim

Apakah penyebab permusuhan antara orang-orang Kristen dan Muslim? Dapatkan orang-orang Kristen berdamai dengan Muslim?

Jawaban: Sejak tanggal 11 September dunia memasuki jaman teror. Para teroris, sekalipun berjumlah sedikit, melakukan kekejaman dengan mengatasnamakan agama. Orang-orang Kristen ingin tahu bagaimana seharusnya menanggapi ancaman ini. Sayangnya sebagian orang dengan ketakutan menggambarkan semua Muslim sebagai teroris. Sebagian lainnya mengkompromikan kebenaran demi untuk menerima mereka. Kedua pendekatan ini tidaklah menghormati Tuhan.

Yang jelas kita harus memahami perbedaan-perbedaan antara kedua iman kepercayaan ini sebelum kita dapat menjawab dengan kebenaran dan kasih Kristus. Sekalipun beberapa kesalahpahaman dapat dijelaskan, masalah yang paling utama adalah … Yesus Kristus! (lihat 1 Petrus 2:4-8). Kebenaran mengenai Tuhan dan Juruselamat kita tidak boleh dikompromikan. Pertama-tama, mari kita dengan sikap doa menelaah bagaimana kita dapat mengatasi penghalang-penghalang antara kaum Muslim dan orang-orang Kristen.

1. Kaum Muslim merasa tersinggung oleh sekularisme Barat.

Banyak kaum Muslim yang dengan sungguh-sungguh berusaha hidup suci. Seiring dengan mengecilnya dunia karena tehnologi global, orang-orang Muslim di sekitar kita merasa terancam oleh kebudayaan Barat: film-film yang tidak bermoral, pornografi, musik yang busuk, alkohol, pemberontakan kaum remaja. Yang lebih parah lagi, mereka menyamakan budaya Barat ini dengan keKristenan. Budaya Barat “kita” mengancam iman mereka, pandang dunia mereka, gaya hidup mereka.

Respon orang Kristen: Bertemanlah dengan orang Muslim dan jelaskan bahwa budaya Barat tidak lagi bersifat Kristiani namun bersifat sekular. Selanjutnya tidak semua yang mengaku Kristen benar-benar adalah pengikut-pengikut Kristus. Melalui kata dan karya tunjukkan contoh dan teladan orang Kristen yang sejati. “Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.” (1 Petrus 2:12)

2. Kaum Muslim membenci dominasi Barat

Barat memiliki sejarah penjajahan dan campur tangan yang dibenci oleh orang-orang Muslim. Walaupun beberapa dari mereka mendukung perang terhadap teror, kaum Muslim lainnya dengan getir menolaknya. Di samping itu, mereka sering merasa dikhianati oleh sikap “pilih kasih” Barat terhadap Israel yang mengakibatkan terlantarnya ribuan orang-orang Palestina.

Respon orang Kristen: Tunjukkan kasih dan kerendahan hati yang sejati melalui doa dan karya. Fokuskan pada Kristus, bukan pada kontroversi politik. Suatu hari Tuhan akan memulihkan keadilan. Sementara itu, Dia menyediakan pemerintah-pemerintah dan para pemimpin untuk bertindak sebagai “hamba-hamba kebenaran” untuk melindungi orang baik dan menghukum yang jahat (Roma 13:1-6).

“ Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai! Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!” (Roma 12:16-21).

“ Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran, sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.” (2 Timotius 2:23-26)

3. Kaum Muslim militan bertindak berdasarkan ayat-ayat perang yang ada dalam Qur’an

Sekalipun banyak kaum Muslim adalah pecinta damai, yang lainnya menafsirkan bahwa Qur’an memberi mereka kuasa untuk mempertobatkan atau membunuh. Pada awal dari berkuasanya Muhammad, dia berusaha untuk mendapatkan dukungan dari orang-orang Kristen untuk agama barunya, dia bahkan mendorong para pengikutnya untuk membaca Alkitab (Surah 10:94).

Namun demikian, orang-orang Kristen melakukan dosa “syirik” yang tak dapat diampuni, menyamakan Yesus dengan Allah. Ketika kedua kepercayaan ini tidak dapat digandengkan, dia mendorong untuk melakukan jihad terhadap orang-orang kafir (Surah 4:47; 9:29). Bagaimana dia memotifasi perang suci? Dia menjanjikan bahwa para pengikutnya yang selamat akan menerima jarahan dari mereka yang binasa (Surah 48:20-21). Mereka yang mati dalam perang suci mendapat jaminan – jaminan yang tidak dimiliki oleh kaum Muslim manapun – bahwa mereka akan masuk ke dalam Firdaus yang penuh dengan kenikmatan sensual (Hadis 1:505; 6:402)

Respon orang Kristen: Sayang sekali, beberapa orang Kristen dengan rasa takut menghina baik kaum Muslim yang radikal maupun yang moderat. Namun Tuhan memberi obat yang sempurna untuk rasa takut dan benci: kasihNya.

“Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan” (1 Yohanes 4:18)

“ Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” (Matius 10:28)

"Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu;” (Lukas 6:27)

Yesus tidak menjanjikan para pengikutNya kehidupan yang bebas dari konflik. Sebaliknya Dia meyakinkan, "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku.” (Yohanes 15:18-21).

Kaum Muslim menolak Allah Bapa yang telah mengutus AnakNya untuk mati bagi orang-orang berdosa. Sekalipun kaum Muslim menghormati Yesus sebagai nabi agung, mereka bergantung pada iman dan perbuatan islamiah – tunduk kepada Allah, percaya kepada Muhammad dan taat kepada Qur’an – untuk dapat diterima di Firdaus. Banyak kaum Muslim yang percaya bahwa orang-orang Kristen menyembah tiga Allah, membuat manusia menjadi Allah (Yesus) dan merusak Kitab Suci. Kebanyakan dari mereka menolak perlunya dan sifat sejarah dari kematian Kristus.

Orang-orang Kristen dan Muslim seharusnya mendiskusikan salah pengertian – salah pengertian doktrinal. Orang-orang Kristen harus memahami pandang dunia Islamiah dan teologi Kristen sehingga mereka dapat …

• Menjelaskan kesatuan dan keperbedaan dalam Tritunggal.

• Menunjukkan bagaimana kesucian Allah dan dosa manusia menuntut kematian Yesus untuk menebus

• Memberikan bukti alademis dan kesaksian pribadi mengenai dapat dipercayanya Alkitab

• Memperjelas kepercayaan mengenai Yesus. Manusia tidak menjadi Allah, tapi Allah yang menjadi manusia. “Anak Allah” adalah metafora, bukan pernikahan secara harafiah antara Allah dan Maria. Konsep ini harus dibicarakan dengan hati-hati dan sistimatis: “Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia. Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah.” (1 Yohanes 4:14-15)

Sebagai pembawa damai orang-orang Kristen harus berusaha meredakan ketegangan antara Islam dan keKristenan. Namun beberapa tensi tertentu tidak boleh dilepaskan oleh pihak Kristen. Kebenaran tidak boleh ditutupi. Dengan kasih, kerendahan hati, dan kesabaran, orang-orang Kristen harus memperkenalkan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat: Jalan, Kebenaran dan Hidup.

Mengapah orang Kristen tidak berpuasa sebagaimana orang Muslim

Mengapa orang-orang Kristen tidak berpuasa sebagaimana orang-orang Muslim?

Jawaban: Kaum Muslim dan Kristen sama-sama berpuasa namun dengan tujuan yang berbeda. Demi untuk menaati salah satu dari Lima Rukun, seorang Muslim wajib berpuasa pada bulan Ramadan. Banyak kaum Muslim yang dengan tulus berusaha memperoleh berkah dan pengampunan saat berpuasa.

Bagi orang-orang Kristen, puasa bukan kewajiban tapi kesenangan. Dengan tidak makan justru memberi kesempatan kepada mereka untuk menyatakan kepuasan mereka pada Tuhan dan bukannya pada makanan. Walaupun puasa tidak menghasilkan jasa dari Tuhan atau tempat di firdaus, banyak orang Kristen yang berpuasa karena alasan-alasan berikut ini:

- Menyatakan kepuasan mereka pada Tuhan (Lukas 4:4)

- Merendahkan diri di hadapan Tuhan (Daniel 9:3; 10:12)

- Memohon pertolongan Tuhan (2 Samuel 12:16; Ester 4:16; Ezra 8:23)

- Mencari kehendak Tuhan (Kisah 13:2-3)

- Bertobat dari dosa (Yunus 3:5-10; 1 Raja-Raja 21:25-29)

- Menyembah Tuhan tanpa gangguan (Lukas 2:36-38)

Walaupun Yesus (Isa) mendorong untuk berpuasa, Dia tidak menetapkan kapan atau berapa lama seseorang berpuasa. Para pemimpin agama pada jaman Isa membanggakan diri bahwa mereka berpuasa dua kali seminggu, namun Yesus mempertanyakan kesungguhan mereka. Orang-orang Kristen meneladani contoh dari Dia.

Contoh Isa dalam hal puasa

Pada awal dari pelayanan Isa di depan umum, sebelum mujizat-mujizat dan pengajaranNya, Dia berpuasa selama empat puluh hari. Sesudah itu Iblis mencobai Yesus saat Dia masih lemah karena lapar, “ Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus … Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.” (Matius 4:2, 8-11). Sekalipun Iblis mencobai Yesus untuk berdosa, Yesus tidak jatuh dan tetap sempurna, tidak seperti orang-orang lainnya dalam sejarah.

Peringatan Isa mengenai puasa yang sombong

• Jangan berpuasa untuk berlagak suci di hadapan orang

"Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."” (Matius 6:16-18)

• Jangan berpuasa untuk mendapatkan pengampunan dosa.

(Farisi = seseorang yang menjadi anggota dari sekte Yahudi yang fundamental)

“Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Lukas 18:11-14)

Yesus mengajarkan bahwa kita tidak bisa masuk ke firdaus melalui berpuasa. Dosa kita membuat perbuatan agamis kita yang paling salehpun tidak pantas.

Isa mengubah puasa (Markus 2:18-22)

Yesus mengajarkan bahwa mengikuti kehendak kudus Allah memberi kepuasan yang lebih besar dari makan, “ Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: "Rabi, makanlah." Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal." Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: "Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?" Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” (Yohanes 4:31-34)

Apa itu kehendak dan pekerjaan Allah? “Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."” (Yohanes 6:35-40)

Sama seperti kita akan mati jikalau tidak makan, kita juga akan mati secara rohani (terpisah untuk selamanya dari Tuhan di dalam neraka) kalau kita tidak menerima Yesus, sang Roti Hidup itu. Karena Dia “turun dari Surga”, dari dari Anak Dara, Yesus menyebut Allah BapaNya. Melalui kehidupanNya yang sempurna, kematian dan kebangkitanNya, Yesus membuktikan bahwa Dia adalah Allah, Anak Allah.

Yesus menggenapi kehendak BapaNya, menyelamatkan orang-orang berdosa dengan menanggung dosa mereka di atas salib. Dengan membangkitkan Yesus dari antara orang mati, Allah menyatakan bahwa Dia menerima pengorbanan Yesus.

Bagaimana Anda menerima sang Roti Hidup? Anda harus berbalik dari dosa dan percaya kepada kematian dan kebangkitan Yesus untuk menyelamatkan Anda – bukan percaya pada kebaikan sendiri melalui perbuatan-perbuatan seperti berpuasa.

Setelah menyelamatkan Anda dari dosa, Yesus memberi Anda kemauan dan kekuatan untuk memuliakan Allah melalui perbuatan-perbuatan baik seperti misanya berpuasa, “Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 6:22-23).

Apakh orang Kristen menyembah pada tiga Allah

Apakah orang-orang Kristen percaya pada tiga Allah?

Jawaban: Jika Anda seorang Muslim kemungkinan Anda mendengar bahwa orang-orang Kristen percaya pada tiga Allah. Sama seperti untuk orang Islam, pemikiran seperti itu juga merupakan hinaan bagi orang-orang Kristen.

Hanya ada satu Allah

Orang-orang Kristen memiliki kepercayaan yang sama dengan kaum Muslim yang percaya pada Allah yang esa. Dalam Kitab Suci kami (yang dipuji oleh Qur’an dalam Sura 4:136) Allah memerintahkan, “ Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.” (Keluaran 20:3)

Apakah Yesus/Isa menjunjung tinggi monotheisme? Ketika diminta menyebutkan perintah terbesar, Yesus menjawab, "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Markus 12:29-30)

Allah yang esa ada sebagai tiga Pribadi.

Alkitab mengajarkan bahwa Allah itu satu secara hakekat, tiga secara Pribadi: Bapa, Putra dan Roh Kudus. Setiap Pribadi adalah Allah yang sempurna. Allah bukan tiga namun tiga tapi satu. Ini bukan kontradiksi matematika. Walaupun manusia tidak dapat sepenuhnya memahami paradoks mengenai kesatuan Allah dalam tiga pribadi, kita percaya bahwa penyataannya adalah benar adanya. Orang Kristen bukan percaya pada tiga Allah. Allah kita yang Esa itu menyatakan diri dalam tiga Pribadi.

Apakah Yesus Putra Allah?

Yesus yang sama yang memuji keesaan Allah bersaksi dengan hidupNya yang sempurna, dengan mujizat-mujizatNya dan dengan mulutNya sendiri bahwa Dia adalah Putra Allah (Matius 9:6; Yohanes 8:46, 58). Yesus berkata, “Aku dan Bapa adalah satu.” (Yohanes 10:30). Kita tidak bisa memuji pengajaran Yesus dan pada saat yang sama menolak keillahianNya karena Dia mengaku berasal dari Allah dan adalah Allah. Karena itu Yesus adalah Putra Allah atau Dia adalah seorang yang menghujat Allah.

Apakah kesaksian Yesus membuat Anda marah? Kesaksian itu membuat para pemimpin agama pada zaman Yesus tersinggung. Karena Yesus mengaku Putra Allah (melambangkan hubunganNya dengan Allah), maka mereka berencana untuk membunuh Dia, “Imam Besar itu bertanya kepada-Nya sekali lagi, katanya: "Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?" Jawab Yesus: "Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit." Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Untuk apa kita perlu saksi lagi? Kamu sudah mendengar hujat-Nya terhadap Allah. Bagaimana pendapat kamu?" Lalu dengan suara bulat mereka memutuskan, bahwa Dia harus dihukum mati.” (Markus 14:61-64)

Apa keputusan Anda?

Kepercayaan Anda tidak dapat mengubah kebenaran. Apakah Yesus Putra Allah? Kalau bukan Dia memang pantas untuk mati. Jikalau Dia adalah manusia, tulang belulangnya akan tergeletak dibaiik batu di dalam kuburan. Namun tidak demikian halnya. Melalui kebangkitanNya, Yesus membuktikan keillahianNya. Jika Dia adalah Putra Allah mengapa Dia lalu mati? Dia tidak pantas mengalami kematian. HidupNya yang tanpa cela adalah sesuai dengan kesaksian mengenai keillahianNya. Yesus memegang teguh perintah terbesar untuk mengasihi Allah.

Sudahkah Anda? Berbeda dengan Yesus, tidak seorangpun dari kita dapat mengasihi Allah di atas segala-galanya. Melanggar satu perintah yang kecil saja (seperti berdusta, membenci, iri hati) membuat kita tidak pantas masuk surga. “Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya.” (Yakobus 2:10). Kita pantas mengalami kematian – berpisah dari Allah untuk selamanya di dalam neraka.

Tapi syukurlah, Tuhan Yesus menanggung hukuman dosa ketika Dia mati di salib. “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” (2 Korintus 5:21). Setelah mati di kayu salib, Yesus bangkit dari antara orang mati, membuktikan keillahianNya dan efektifnya pengorbananNya untuk dosa-dosa kita.

Tuhan Yesus yang hidup dapat membayar hutang dosa Anda, menyediakan Anda jalan masuk ke firdaus. Ketika Yesus menjanjikan untuk menyediakan tempat di surga bagi para pengikutNya, salah seorang bertanya bagaimana jalan ke sana. “Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6)

Apakah orang Kristen dan Islam menyembah Allah yang sama

: Apakah orang Kristen dan Islam menyembah Allah yang sama?

Jawaban: Jawaban terhadap pertanyaan ini bergantung kepada apa yang dimaksud dengan ”Allah yang sama.” Tidak dapat disangkal bahwa pandangan Islam terhadap Allah dan pandangan Kristen terhadap Allah memiliki banyak kesamaan. Kedua-duanya memandang Allah sebagai Yang Berdaulat, Mahakuasa, Mahatahu, Mahahadir, suci, adil, benar. Baik Islam maupun keKristenan percaya kepada Allah yang esa yang adalah Pencipta segalanya. Jadi, dalam pengertian ini, ya, benar, orang-orang Kristen dan Islam menyembah Allah yang sama.

Pada saat yang sama ada perbedaan-perbedaan penting antara pandangan Kristen dan Islam terhadap Allah. Walaupun kaum Muslimin memandang Allah sebagai Allah yang memiliki atribut kasih, pemurah dan penuh rahmat, Allah tidak mengungkapkan atribut-atribut ini sebagaimana Allah Kristen. Namun demikian, perbedaan paling menyolok dalam pandangan Islam dan Kristen mengenai Allah adalah konsep inkarnasi. Orang-orang Kristen percaya bahwa Allah telah menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus. Orang-orang Islam memandang konsep ini sebagai penghujatan terbesar. Kaum Muslimin tidak pernah dapat menerima pemikiran bahwa Allah mau mnejadi manusia untuk mati bagi dosa-dosa dunia ini. Kepercayaan terhadap Allah yang berinkarnasi dalam Pribadi Yesus Kristus adalah sangat mendasar dalam kepercayaan Kristen mengenai Allah. Allah telah menjadi manusia sehingga Dia dapat berempati dengan manusia, dan yang lebih penting, sehingga Dia dapat menyediakan keselamatan, pengampunan dosa.

Jadi apakah orang-orang Kristen dan Islam menyembah Allah yang sama? Ya dan tidak. Barangkali pertanyaan yang lebih baik adalah, ”Apakah orang-orang Kristen dan Islam sama-sama memiliki pengertian yang benar tentang seperti apakah Allah itu?” Jawabannya jelas adalah tidak. Ada perbedaan-perbedaan yang sangat krusial antara konsep Kristen dan Islam mengenai Allah. Kita percaya bahwa keKristenan memiliki pandangan yang benar terhadap Allah karena tidak akan bisa ada keselamatan kecuali kalau dosa dibayar lunas. Hanya Allah yang dapat membayar harga seperti itu. Hanya dengan menjadi manusia Allah dapat mati untuk dosa kita dan melunasi hutang dosa kita (Roma 5:8; 2 Korintus 5:21).


Apakah Injil barnabas adalah benar

Apakah kaum Muslim dapat membaca injil Barnabas sebagai kisah sejati mengenai Isa?

Jawaban: Bukti memperlihatkan bahwa injil Barnabas kemungkinan besar ditulis oleh orang Eropa yang hidup pada sekitar abad ke lima belas dan menulis mengenai kehidupan Isa dengan tidak akurat.

Orang Kristen dan Muslim memiliki kepercayaan yang amat berbeda mengenai Isa karena sumber mereka berbeda. Sementara kaum Muslim sering mendapatkan kesan mengenai Yesus dari injil Barnabas, orang-orang Kristen percaya kepada Injil yang terdapat dalam Alkitab. Kedua sumber ini amat berbeda. Salah satunya pastilah salah. Mari kita menganalisa apakah injil Barnabas adalah biografi Yesus yang otentik.

Penulis: bukan Barnabas.

Penulis injil Barnabas tidak mungkin adalah Barnabas. Barnabas yang sebenarnya adalah seorang pemberi semangat dalam gereja mula-mula (Kisah Rasul 4:36). Dia bukanlah salah satu dari keduabelas murid Yesus yang mula-mula sebagaimana yang secara keliru diklaim oleh injil Barnabas. Barnabas adalah orang yang mengubah pikiran para murid bahwa Rasul Paulus telah bertobat dari penganiaya gereja menjadi seorang pengikut Isa (Kisah Rasul 9:27). Barnabas yang sejati bepergian dengan Paulus untuk mengabarkan kabar baik mengenai Yesus/Isa (Kisah Rasul 13:2)

Tanggal Penulisan: Abad Pertengahan

Pembacaan dari injil Barnabas dengan jelas memperlihatkan bahwa kitab ini ditulis bukan pada masa kehidupan Isa atau tidak lama sesudah masa Isa sebagaimana yang dianggap. Ada terlalu banyak anakronisme (kesalahan dalam sejarah budaya). Misalnya, dikatakan bahwa Isa lahir ketika Pilatus adalah Gubernur, tapi sejarah mencatat bahwa Pilatus menjadi Gubernur pada tahun 26 atau 27 AD, lama setelah kelahiran Yesus.

Jikalau injil Barnabas ditulis pada abad pertama setelah Yesus kitab ini akan dikutip dalam dokumen-dokumen lain dari kurun waktu yang sama. Namun kitab ini tidak pernah dikutip satu kalipun dalam karya-karya dari para Bapak Gereja atau pemuka-pemuka Muslim hingga pada abad ke lima belas. Mereka yang mengklaim penulisan Injil Barnabas pada abad-abad permulaan mungkin menunjuk pada Surat Barnabas, kitab dari abad pertama walaupun kitab ini tidak diinspirasikan secara illahi.

Injil Barnabas berisi kutipan-kutipan dari Dante Alighieri, rujukan pada perintah dari Paus Boniface and gambaran mengenai feodalisme. Karena itu para sarja menempatkan tanggal penulisan pada sekitar abad ke lima belas.

Legitimasi: penuh dengan kesalahan

Selain kesalahan-kesalahan yang dicatat di atas, injil Barnabas mengklaim bahwa Yesus bukan Mesias (bagian 42, 48). Baik Qur’an maupun Alkitab, kedua-duanya menyaksikan bahwa Yesus adalah Mesias (lihat Surah 5:19, 75, Matius 26:63-64)

Dari gambaran mengenai Palestina, jelas bahwa penulis injil Barnabas tidak mengenal geografinya. Penulis menyatakan bahwa Yesus berlayar ke Nazaret, kota yang terletak di pedalaman.

Bukti-bukti menunjukkan bahwa injil Barnabas bukan ditulis oleh Barnabas, kemungkinan besar ditulis pada abad ke limabelas dan penuh dengan kesalahan. Sarjana-sarjana yang dapat dipercaya telah membuktikannya sebagai pemalsuan. Karena itu kitab ini tidak dapat dipercaya sebagai riwayat hidup Isa. Baik kaum Muslim maupun Kristen harus menolaknya.

Di manakah kisah sebenarnya mengenai kehidupan Isa?

Kalau bukan injil Barnabas, di mana Anda dapat menemukan kebenaran mengenai Isa? Qur’an mendorong Anda untuk berpaling kepada Alkitab untuk pertanyaan-pertanyaan semacam itu (Sura 5:46, 10:95). Alkitab berisi empat Injil yang mengilustrasikan Kristus dari empat perspektif yang diinspirasikan Allah. Otoritas-otoritas yang dapat dipercaya telah secara konsisten meneguhkan keotentikan dari ke empat Injil yang terdapat dalam Perjanjian Baru.

Jangan malu membaca mengenai Tuhan Yesus. Alkitab mengatakan, “Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita … melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah. Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa” (2 Timotius 1:8-10).

Apakah Quran menggantikan Alkitab

Apakah Qur’an menggantikan Alkitab?

Jawaban: Bukannya menggantikan, Qur’an justru mendorong kaum Muslim untuk membaca Alkitab.

Banyak Muslim yang tidak pernah membaca Alkitab karena mereka beranggapan bahwa Qur’an telah menggantikan Alkitab. Sebaliknya, Qur’an tidak pernah mengklaim telah menggantikan Alkitab. Satu-satunya pembatalan justru mempengaruhi ayat-ayat Qur’an sendiri (Sura 2:106). Qur’an menginstruksikan – bukan melarang – kaum Muslim untuk membaca Alkitab (Sura 5:44, 46; 3:3; 10:94-95).

Walaupun para sarjana Muslim telah membatalkan puluhan ayat Qur’an, kaum Muslim masih membacanya. Karena itu, semua kaum Muslim patutlah membaca kitab suci yang tidak akan pernah digantikan. Allah berfirman, “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.” (Matius 24:35).

Beberapa orang mengatakan bahwa sebagaimana Injil mebatalkan Taurat, Qur’an membatalkan Injil. Namun Injil tidak membatalkan Taurat. Isa yang sempurna bukan datang untuk menghapuskan hukum Taurat, namun untuk menggenapi Taurat demi untuk mereka yang tidak dapat memeliharanya.

Isa/Yesus mengatakan, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” (Matius 5:17-18)

Kenyataannya, Yesus justru menunjukkan bahwa hukum-hukum Allah lebih sulit untuk ditaati dibandingkan apa yang dibayangkan manusia. Dia memperdalam arti dari Taurat dan berkata, “Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.” … “ Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.” (Matius 5:21-22, 27-28).

Sudahkah Anda menemukan standar yang sempurna itu? Kitab Injil mengatakan bahwa tidak seorangpun dapat menaati tuntutan Taurat. Kita layak masuk neraka (Roma 3:23, 6:23). Syukurlah, Yesus Kristus secara sempurna menaati hukum Tuhan.

Percayalah pada Allah dari “kitab suci yang sebelumnya,” kitab itu tidak pernah dapat dibatalkan. “Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukum-Mu yang adil adalah untuk selama-lamanya” (Mazmur 119:160).


Apakah Muhammad Mengakui Atau menolak Alkitab

Apakah Qur’an dan Muhammad mengakui atau menolak Alkitab? Patutkah orang Muslim membaca Alkitab?

Jawaban: Dalam Qur’an Muhammad memerintahkan kaum Muslim untuk membaca Alkitab.

Apa yang menjadi pedoman Anda? Kalau hadis atau imam berbeda pendapat dengan Qur’an, yang mana yang Anda percaya? Kemungkinan besar, Qur’an adalah otoritas tertinggi Anda. Sebagai Muslim apakah Qur’an mengijinkan Anda untuk belajar dari Alkitab?

• Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi) (Sura 5:44a)

• Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israel) dengan Isa putra Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa. (Sura 5:46)

• Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil. (Sura 3:3)

• Dan sekali-kali janganlah kamu termasuk orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang rugi (Sura 10:95)

Jikalau Anda seorang Muslim, Anda tidak punya alasan untuk tidak membaca Alkitab. Qur’an memerintahkan Anda dan memuji Alkitab. Mengapa Anda tidak memulainya hari ini? Mulailah dengan Injil Lukas yang menceritakan tentang kisah Isa. Hanya Isa yang dapat memberi Anda jaminan tentang firdaus.

Sebagaimana dikatakan Qur’an, membaca Alkitab dapat memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan Anda. “Maka jika kamu berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu” (Sura 10:94)


Apakah orang KRISTEN MENGUBAH ALKITAB

Apakah orang Kristen telah mengubah Alkitab?

Jawaban: Sebagian kaum Muslim menuduh orang-orang Kristen mengubah Alkitab untuk disesuaikan dengan doktrin mereka yang salah. Sekalipun tuduhan ini menjelaskan perbedaan antara Qur’an dan Alkitab, tuduhan ini tidak memiliki bukti yang kuat. Qur’an dan para sarjana sama-sama meneguhkan otentisitas Alkitab.

Qur’an memuji Alkitab

Alkitab tidak mungkin sudah diubah sebelum atau pada jaman Muhammad karena kalau itu terjadi Qur’an tidak akan memuji Alkitab: Dan Kami iringkan jejak mereka dengan Isa putra Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa. (Sura 5:46)

Alkitab tidak dirusak/diubah

Karena Alkitab tidak diubah sebelum atau pada jaman Muhammad, satu-satunya kesempatan lain adalah setelah kematian Muhammad.Namun bukti-bukti dari para sarjana memperlihatkan bahwa dari abad ke 7 – 21 tidak ada doktrin penting yang berbeda dari teks dalam bahasa Ibrani dan Yunani. Selain dari variasi dalam ejaan dan tata bahasa, Alkitab hari ini secara esensi tidak ada bedanya dengan Alkitab yang dipuji oleh Muhammad (Sura 3:3).

Juga ketika Muhammad dilahirkan, ribuan Alkitab sudah ada dalam berbagai bahasa yang berbeda-beda. Kalau orang Kristen mengubah Alkitab, bagaimana mereka mampu menghancurkan semua Alkitab yang sejati yang dapat mengungkapkan tipu muslihat itu?

Seseorang yang nekad untuk mengubah Alkitab kemungkinan besar akan mengubah pengajaran-pengajaran yang mendakwa dia. Kalau orang-orang Kristen benar-benar merubah Alkitab, kemungkinan mereka akan mengubah fakta-fakta mengenai keraguan Tomas, kemunafikan Petrus, dan sanksi bagi yang mengubah Firman Allah.

Yang benar adalah: Firman Allah tetap sama. “Semua firman Allah adalah murni. Ia adalah perisai bagi orang-orang yang berlindung pada-Nya. Jangan menambahi firman-Nya, supaya engkau tidak ditegur-Nya dan dianggap pendusta” (Amsal 30:5-6).

Alkitab adalah kebenaran

Mengapah saya harus percaya pada kebangkitan Kristus

Mengapa saya harus percaya pada kebangkitan Kristus?

Jawaban: Adalah merupakan fakta yang sudah cukup buktinya bahwa Yesus dihukum mati di depan umum di Yudea pada abad pertama AD, di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, dengan cara di salib, atas permintaan dari Mahkamah Agama Yahudi. Kesaksian sejarah non-Kristen dari Flavius Josephus, Cornelius Tacitus, Lucian dari Samosata, Maimonides, dan bahkan dari Mahkamah Agama Yahudi mendukung kesaksian dari orang-orang Kristen mula-mula mengenai aspek historis penting dari kematian Yesus Kristus.

Mengenai kebangkitanNya, ada beberapa bukti yang kuat. Ahli hukum dan negarawan internasional Sir Lionel Luckhoo (tercatat dalam Guinness Book of World Records untuk keberhasilannya dalam membela 245 kasus pembunuhan secara berturut-turut) menjadi lambang dari antusiasme dan keyakinan Kristen akan kuatnya bukti kebangkitan ketika dia menulis, “Saya memiliki pengalaman lebih dari 42 tahun sebagai pengacara di berbagai penjuru dunia dan masih praktek secara aktif hingga hari ini. Saya beruntung bahwa berkali-kali saya sukses dalam pengadilan dan dengan tegas saya harus katakan bahwa bukti dari kebangkitan Yesus Kristus begitu banyak dan kuat sehingga harus diterima tanpa ada keraguan sama sekali.”

Tidak mengherankan bahwa masyarakat sekuler menanggapi bukti-bukti itu secara apatis sesuai dengan sikap mereka yang bersiteguh dengan komitmen kepada metodologi naturalisme. Bagi mereka yang asing dengan istilah ini, metodologi naturalisme adalah usaha manusia untuk menjelaskan segala sesuatu berdasarkan alasan-alasan alamiah dan hanya alasan-alasan alamiah semata-mata. Jikalau apa yang dianggap sebagai peristiwa historis bertentangan dengan penjelasan alamiah (misalnya mujizat kebangkitan), para sarjana sekuler umumnya memperlakukannya dengan skeptisisme yang berlebihan, tanpa memperdulikan bukti yang sekuat apapun.

Dalam pandangan kami, sikap bersiteguh sedemikian terhadap penyebab-penyebab alamiah sekalipun tidak didukung oleh bukti-bukti yang cukup adalah merupakan sikap yang tidak kondusif terhadap penelitian yang tidak berpihak. Kami sepaham dengan Dr. Wehner von Braun dan banyak lagi yang lainnya yang tetap percaya bahwa memaksakan kecenderungan filosofi populer kepada bukti-bukti yang ada menghalangi obyektifitas. Dalam kata-kata dari Dr. Von Braun, “Dipaksa untuk percaya pada hanya satu kesimpulan … adalah pelanggaran terhadap obyektifitas sains itu sendiri.”

Setelah mengatakan demikian, mari kita menelaah beberapa bukti yang mendukung kebangkitan.

Bukti pertama mengenai kebangkitan Kristus

Mari kita mulai dengan kesaksian yang sungguh-sungguh dari para saksi mata. Para apologis Kristen yang mula-mula mengutip ratusan saksi mata, beberapa dari mereka mencatat pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Banyak dari para saksi mata ini dengan sukarela dan tekad bulat mengalami penganiayaan yang panjang dan kematian daripada menyangkali kesaksian mereka. Fakta-fakta ini membuktikan kesungguhan mereka, tidak mungkin mereka menipu. Menurut catatan sejarah (Kisah Rasul 4:1-17; Surat Plini kepada Trajan X, 96, dll) kebanyakan orang Kristen dapat mengakhiri penderitaan mereka dengan menyangkali iman mereka. Namun kebanyakan justru memilih untuk menjalani penderitaan mereka dan tetap memberitakan kebangkitan Kristus sampai akhir hayat mereka.

Memang harus diakui bahwa sekalipun mati syahid itu mengagumkan, namun tidak betul-betul merupakan sesuatu yang kuat. Hal itu tidak meneguhkan kepercayaan sebaliknya lebih menekankan pada si orang percaya (dengan menunjukkan kesungguhan mereka dengan cara yang dapat dibuktikan). Apa yang membuat para martir Kristen mula-mula ini luar biasa adalah karena mereka tahu apakah yang mereka percaya itu benar atau tidak. Mereka benar-benar melihat Yesus hidup lagi setelah kematianNya atau sama sekali tidak. Ini yang luar biasa. Kalau semua ini hanya merupakan kebohongan, mengapa begitu banyak yang tetap mempertahankannya dalam keadaan yang mereka harus tanggung? Mengapa mereka terus berpegang pada dusta yang begitu merugikan dan bersedia menanggung penganiayaan, penjara, siksa dan kematian?

Walaupun tidak diragukan bahwa para pembajak pada peristiwa 11 September 2001 percaya pada apa yang mereka katakan (dibuktikan dengan kerelaan mereka untuk mati demi kepercayaan mereka) mereka tidak tahu dan tidak dapat tahu apakah semua itu benar atau tidak. Mereka beriman pada tradisi yang diwariskan kepada mereka secara turun temurun. Sebaliknya orang-orang Kristen mula-mula yang menjadi martir adalah orang-orang dari generasi pertama. Mereka melihat sendiri apa yang mereka katakan mereka lihat atau mereka sama sekali tidak melihatnya.

Dari antara para saksi yang paling menonjol adalah para Rasul. Secara kelompok mereka mengalami perubahan yang drastis setelah penampakan Kristus setelah dibangkitkan. Begitu Yesus disalib, mereka menyembunyikan diri dalam ketakutan. Setelah kebangkitan, mereka turun ke jalan, dengan berani memberitakan kebangkitan sekalipun harus mengalami penganiayaan yang makin berat. Bagaimana kita menjelaskan perubahan yang begitu mendadak dan drastis? Jelas bukan karena keuntungan finansial. Para Rasul mengorbankan segalanya, termasuk hidup mereka, demi untuk memberitakan kebangkitan.

Bukti kedua mengenai kebangkitan Kristus.

Bukti kedua berhubungan dengan pertobatan dari sekelompok orang yang ragu, yang paling menonjol adalah Paulus dan Yakobus. Menurut pengakuannya sendiri Paulus adalah seorang penganiaya gereja mula-mula yang keji. Setelah apa yang digambarkannya sebagai pertemuan dengan Kristus yang bangkit, Paulus mengalami perubahan yang mendadak dan drastis, dari penganiaya yang keji menjadi salah seorang pembela gereja yang paling tangguh dan pandai. Sama seperti orang-orang Kristen lainnya, Paulus mengalami penganiayaan, kekurangan, cambuk, pemenjaraan dan dieksekusi karena komitmennya yang tidak goyah terhadap kebangkitan Kristus.

Yakobus adalah seorang skeptik walaupun tidak melakukan kekerasan seperti Paulus. Pertemuannya dengan Kristus yang bangkit mengubah dia menjadi orang percaya yang sulit untuk ditiru, bahkan menjadi pemimpin gereja di Yerusalem. Hingga hari ini kita masih memiliki apa yang secara umum diterima oleh para sarjana sebagai salah satu dari surat-suratnya kepada gereja mula-mula. Sama seperti Paulus, Yakobus bersedia menderita dan mati demi kesaksiannya, suatu fakta yang membuktikan kesungguhan imannya (lihat Kisah Para Rasul dan Antiquities of Jews XX, ix, 1 yang ditulis oleh Josephus).

Bukti ketiga dan keempat mengenai kebangkitan Kristus.

Bukti ketiga dan keempat berhubungan dengan kesaksian dari para musuh mengenai kubur kosong dan fakta bahwa kepercayaan mengenai kebangkitan berakar di Yerusalem. Yesus dihukum mati di depan umum dan dikuburkan di Yerusalem. Adalah tidak mungkin untuk kepercayaan mengenai kebangkitannya dapat berakar di Yerusalem sementara tubuhnya masih tergeletak di dalam kubur yang dapat digali kembali oleh Sanhedrin, diperlihatkan kepada umum, dan dengan demikian membuktikan kepalsuan kebangkitannya. Sebaliknya, Sanhedrin menuduh para murid telah mencuri tubuh Yesus, nampaknya untuk menjelaskan hilangnya tubuh Yesus (dan kubur kosong). Bagaimana kita dapat menjelaskan fakta mengenai kubur kosong?

Berikut ini adalah tiga penjelasan yang paling umum.

Pertama, para murid mencuri tubuh Yesus. Kalau memang demikian, mereka akan tahu bahwa kebangkitan itu hanya merupakan suatu cerita bohong. Karena itu mereka tidak mungkin bersedia menderita dan mati untuk itu (lihat bukti pertama mengenai kesungguhan dari kesaksian para saksi mata). Semua saksi mata akan tahu bahwa mereka tidak betul-betul melihat Kristus bangkit dan karena itu mereka sudah berdusta. Dengan begitu banyak orang yang bersekongkol, salah seorang pasti akan mengaku, kalau bukan untuk mengakhiri penderitaannya, maka untuk mengakhiri penderitaan dari teman-teman dan keluarganya. Generasi Kristen yang pertama dianiaya dengan sangat kejam, khususnya setelah kebakaran di Roma pada tahun 64 AD (kebakaran yang katanya diperintahkan oleh Nero untuk menyediakan ruang untuk memperbesar istananya, tapi dituduhkan pada orang-orang Kristen di Roma untuk membebaskan diri sendiri). Sebagaimana dikisahkan oleh sejarahwan Roma, Cornelius Tacitus, dalam Annals of Imperial Rome (diterbitkan satu generasi setelah kebakaran itu)

“Nero menyalahkan dan dengan amat kejam menganiaya lapisan masyarakat yang paling dibenci, yaitu mereka yang disebut orang-orang Kristen oleh masyarakat umum. Pada masa pemerintaahan Tiberius, Kristus, sumber dari panggilan itu, menderita hukuman yang amat keji dalam tangan salah seorang penguasa kita, yaitu Pontius Pilatus, dan tahyul yang paling jahat yang untuk sementara terkendali kembali membara, bukan saja di Yudea, sumber kejahatan yang pertama, tapi juga di Roma, di mana segala hal yang najis dan memalukan dari seluruh dunia berdatangan dan menjadi populer. Seturut dengan itu, mula-mula mereka yang mengaku bersalah ditangkap, dan berdasarkan informasi dari mereka, khalayak ramaipun didakwa, bukan karena membakar kota, namun karena kejahatan melawan kemanusiaan. Sesudah matipun, mereka masih dihina dengan sangat. Mereka dipakaikan kulit binatang liar dan kemudian dicabik-cabik oleh anjing hingga mati, atau dipaku di salib, atau dibakar dengan api dan dijadikan penerangan malam ketika kegelapan tiba.” (Annals, XV, 44).

Nero menggunakan orang-orang Kristen yang dia bakar hidup-hidup sebagai penerangan untuk pesta-pesta taman yang diselenggarakannya. Menghadapi penderitaan dan kesakitan yang luar biasa seperti ini pasti akan ada yang mengakui kebenaran. Namun demikian, faktanya kita tidak mendapatkan catatan apapun bahwa ada orang Kristen mula-mula yang menyangkali iman mereka demi untuk mengakhiri penderitaan mereka. Sebaliknya kita mendapatkan berbagai kisah mengenai penampakan sesudah kebangkitan dan ratusan saksi mata yang bersedia menderita dan mati karenanya.

Jikalau para murid tidak mencuri tubuh Kristus, bagaimana kita menjelaskan kubur kosong? Ada yang mengatakan bahwa Kristus pura-pura mati dan belakangan melarikan diri dari kuburan. Ini sama sekali tidak masuk akal. Menurut para saksi mata, Kristus dipukuli, disiksa, dicambuk dan ditikam. Dia menderita luka dalam, kehilangan darah dalam jumlah besar, tidak bisa bernafas dan ditikam dengan tombak. Tidak ada dasar untuk percaya bahwa Yesus Kristus (atau siapapun) dapat lolos dari penderitaan seperti itu, pura-pura mati, berbaring dalam kubur selama tiga hari tiga malam tanpa mendapat perawatan medis, makanan atau air, menyingkirkan batu besar yang menutupi kuburnya, lari tanpa meninggalkan bekas (tanpa meninggalkan jejak darah), meyakinkan ratusan saksi mata bahwa dia bangkit dari kematian dan sehal walafiat, dan kemudian menghilang tanpa bekas. Pemikiran semacam ini sangat tidak masuk akal.

Bukti kelima mengenai kebangkitan Kristus

Akhirnya, bukti kelima berhubungan dengan keanehan dari kesaksian para saksi mata. Dalam semua kisah utama mengenai kebangkitan, para wanita disebut sebagai para saksi yang pertama dan utama. Hal ini merupakan cara yang ganjil karena dalam budaya Roma dan Yahudi kuno para wanita sangat dipandang remeh. Kesaksian mereka dianggap tidak penting dan dapat diabaikan. Mengingat akan hal ini, sangat tidak mungkin bahwa pencipta cerita palsu dalam abad pertama Yahudi mau memilih wanita sebagai saksi-saksi utama. Dari sekian banyak murid-murid pria yang mengaku bertemu dengan Yesus yang bangkit, kalau saja semua itu adalah kebohongan dan kisah kebangkitan adalah penipuan, mengapa justru saksi-saksi yang paling diremehkan dan tidak dipercaya yang dipilih?

Dr. William Lane Craig menjelaskan, “Ketika Anda memahami peranan wanita dalam masyarakat Yahudi di abad pertama, luar biasa sekali bahwa kisah mengenai kubur kosong menampilkan wanita sebagai yang pertama-tama menemukan kubur kosong. Wanita menempati tingkatan yang sangat rendah dalam strata sosial di abad pertama Palestina. Ada pepatah kuno yang mengatakan “Lebih baik kata-kata Torat dibakar daripada diberikan kepada wanita,” dan “Diberkatilah dia yang mendapatkan anak laki-laki, namun celakalah dia yang mendapatkan anak perempuan.” Kesaksian para wanita dianggap tidak ada gunanya sehingga mereka tidak diizinkan untuk bertindak sebagai saksi dalam sistim pengadilan Yahudi. Dalam terang ini, sangatlah luar biasa bahwa para saksi utama dari kubur kosong adalah para wanita ini. … Semua kisah legenda pada jama belakangan pasti akan menggambarkan murid-murid laki-laki yang menemukan kubur itu, misalnya Petrus atau Yohanes. Fakta bahwa para wanita adalah saksi mula-mula dari kubur kosong dapat dijelaskan dengan penuh kepastian bahwa kenyataannya, suka atau tidak suka, merekalah yang menemukan kubur kosong! Hal ini memperlihatkan bahwa para penulis Injil dengan setia mencatat apa yang terjadi sekalipun itu memalukan. Hal ini membuktikan sifat historis dari tradisi ini dan bukan sebagai legenda. (Dr. William Lane Craig, dikutip oleh Lee Strobel, The Case for Christ, Grand Rapids: Zondervan, 1998, hal. 293.

Ringkasan

Bukti-bukti ini: kesungguhan yang nyata dari para saksi mata (dan dalam hal para Rasul, perubahan yang drastis dan tak terduga), pertobatan dan kesungguhan dari para antagonis dan orang-orang skeptik yang kemudian mati syahid, fakta mengenai kubur kosong, kesaksian dari musuh mengenai kubur kosong, fakta bahwa semua peristiwa ini terjadi di Yerusalem di mana kepercayaan mengenai kebangkitan muncul dan berkembang, kesaksian dari para wanita, makna dari kesaksian mereka dalam konteks sejarah; semua ini secara kuat menyaksikan sifat historis dari kebangkitan. Kami mendorong para pembaca untuk mempertimbangkan bukti-bukti ini. Apa yang dikatakan oleh bukti-bukti ini kepada Anda? Setelah merenungkannya, kami dengan penuh ketekadan mendukung pernyataan dari Sir Lionel:“

“Bukti dari kebangkitan Yesus Kristus begitu banyak dan kuat sehingga harus diterima tanpa ada keraguan sama sekali.”

Apakah Yesus Anak Allah

Apakah Yesus Anak Allah? Bagaimana mungkin Allah yang Esa dapat memiliki Anak?

Jawaban: Sebagai Allah, Yesus disebut Anak Allah. Yesus dan BapaNya adalah satu dalam keillahian namun merupakan Pribadi yang berbeda dalam Trinitas.

Satu Allah, Satu Tuhan

Sebagai kaum monotheistik orang-orang Muslim, Kristen and Yahudi semuanya sepaham bahwa hanya ada satu Allah yang sejati. Yesus sendiri memegang monotheisme. Ketika ditanya apa yang merupakan perintah terbesar, Yesus menjawab, “ … Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Markus 12:29-30). Rasul Paulus, pemimpin dari gereja mula-mula, juga mengajarkan monotheisme: “Tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa … yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.” (1 Korintus 8:4-6)

Sebagai pengikut-pengikut Yesus, orang-orang Kristen mula-mula lebih cenderung menggunakan istilah “Allah” untuk Dia yang disebut oleh Yesus sebagai “BapaKu dan Bapamu (Yohanes 20:17) dan gelar “Tuhan” untuk Yesus. Gelar ini mengindikasikan bahwa Yesus adalah Tuan dan Allah.

Anak Allah

Orang-orang Kristen percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah. Jangan kuatir, Alkitab (yang dipuji oleh Qur’an dalam Sura 4:136) tidak mengajarkan adanya hubungan orangtua-anak antara Allah dan Maria. Pemahaman itu sama menghinanya bagi orang Kristen dan Islam. Sebaliknya konsep Kristus sebagai Anak Allah menunjukkan relasi antara keduanya dan sifat keallahan yang dimiliki keduanya. Pada saat kelahiran Isa, malaikat memberitahukan kepada anak dara Maria, "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” (Lukas 1:26-35)

Sebelumnya Allah telah berbicara kepada manusia melalui nabi-nabiNya, namun kemudian Dia mengirimkan Seseorang dari DiriNya sendiri. “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi,” (Ibrani 1:1-3)

Yesus ini, yang datang untuk “membersihkan dosa” memiliki essensi yang persis sama dengan Allah, namun merupakan pribadi yang berbeda sebagai Anak Allah. Dia adalah alat yang melaluiNya Allah menciptakan alam semesta (Yohanes 1). Memiliki natur keAllahan yang sama, Yesus adalah satu dengan BapaNya dalam keallahan.

Doktrin mengenai Yesus sebagai anak Allah tidaklah mudah untuk dimengerti, namun jelas-jelas diajarkan oleh Firman Allah. Siapakah kita yang membatasi Allah kepada pengertian kita sendiri? Allah telah mengungkapkan diriNya sebagai Allah yang menyatakan diri dalam tiga Pribadi, Bapa, Anak dan Roh.

Kesaksian orang-orang bahwa Yesus itu Allah.

Apakah Yesus benar-benar Anak Allah? Ketika orang-orang menyaksikan mujizat-mujizat, pengajaran, kematian dan kebangkitanNya, mereka percaya dan bersaksi bahwa Dia adalah Allah, “Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia. Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah.” (1 Yohanes 4:14-15)

Pengikut-pengikut Yesus memberi kesaksian setelah dia menenangkan badai, “Lalu mereka naik ke perahu dan anginpun redalah. Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah."” (Matius 14:32-33). Petrus, murid Yesus bersaksi, “Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.” (Matius 16:13-17)

Seorang wanita bersaksi, “Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia."” (Yohanes 11:25-27).

Perwira militer dan para tentara yang mengawal Yesus saat Dia mati di kayu salib bersaksi, “ Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah."” (Matius 27:54). Setelah Allah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, Thomas menyaksikan, “ Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya." Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!" Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” (Yohanes 20:24-31).

Kesaksian Yesus sendiri

Ketika beberapa orang Yahudi merencanakan untuk membunuh Yesus, Dia menyaksikan “Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.” (Yohanes 5:18-24)

Saat diadili, Dia bersaksi: “Tetapi Ia tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam Besar itu bertanya kepada-Nya sekali lagi, katanya: "Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?" Jawab Yesus: "Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit."” (Markus 14:61-62)

Kesaksian dari Allah Bapa.

Pada saat Yesus dibaptis, Allah bersaksi, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Matius 3:17, lihat pula Lukas 9:35). Kesaksian Allah adalah kebenaran: “Kita menerima kesaksian manusia, tetapi kesaksian Allah lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya; barangsiapa tidak percaya kepada Allah, ia membuat Dia menjadi pendusta, karena ia tidak percaya akan kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya. Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.” (1 Yohanes 5:9-13)

Agama vs relasi

Sekalipun umat manusia terdiri dari berbagai ras dan bangsa, berbagai bahasa dan agama, kita semua memiliki kebutuhan yang sama. Kebutuhan kita yang terbesar adalah: mengenal sang Pencipta kita secara pribadi. Jikaau pengetahuan akan Dia bergantung pada penyelidikan dan eksperimen manusia, maka sangat penting bagi kita untuk mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan, “Kalau Allah itu esa, bagaimana Yesus bisa menjadi AnakNya?” Namun karena pengenalan akan Allah adalah bergantung pada penyataan diriNya, maka percaya pada penyataanNya sebagaimana yang ditemukan dalam FirmanNya, Alkitab, adalah lebih penting daripada menjawab pertanyaan kita yang paling sulit sekalipun. Dalam Alkitab, percaya bahwa penyataan diri Allah adalah benar dan menaati kebenaran itu disebut sebagai iman.

Kita akan mati dengan banyak pertanyaan yang sulit yang tidak terjawab. Namun kita tidak boleh mati tanpa menanggapi secara pribadi janji keselamatan Allah melalui AnakNya. Sebelum Yesus datang ke dalam dunia ini dalam wujud manusia, Dia ada bersama-sama dengan Allah Bapa. Allah mengutus AnakNya untuk lahir dari seorang anak dara. Sebagai Allah dalam daging, Yesus hidup secara sempurna.

Dia tidak pantas menanggung hukuman dosa: terpisah dari Allah melalui kematian. Namun dengan mati di salib dan bangkit dari antara orang mati, Dia membayar hukuman dosa dan menghancurkan dominasi dosa bagi mereka yang percaya kepadaNya.

Allah memanggil orang-orang berdosa untuk berbalik dari jalan mereka sendiri dengan penyesalan dan iman kepada Yesus Kristus yang hidup. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.” (Yohanes 3:16-18)

Percayalah pada Anak Allah hari ini, percayalah pada Yesus untuk menyelamatkan Anda dari hukuman dan kuasa dosa dan memberi Anda hidup kekal di surga.

Mengapa Yesus harus mati

Mengapakah Yesus harus mati?

Jawaban: Menurut Qur’an Isa mengatakan, ‘Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali". Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya” (Maryam 19:33-34)

Sejak jaman Isa, banyak orang yang mempertentangkan kematianNya di atas salib dan kebangkitanNya dari antara orang mati. Mengapa Allah menuntut Isa, seorang manusia yang sempurna, untuk mati? Al Qur’an menasihati Anda untuk mencari jawabannya di dalam Alkitab (Sura 10:94).

Alkitab menjelaskan bahwa Isa, yang disebut Kristus Yesus, mati bagi dosa-dosa kita: “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;” (1 Korintus 15:3-4). Bukti-bukti meneguhkan bahwa Yesus yang tidak berdosa mencucurkan darah dan mati di salib. Alkitab menjelaskan mengapa kematian dan kebangkitan Isa menyediakan satu-satunya jalan masuk ke Surga.

Hukuman dosa adalah kematian

Allah menciptakan dunia dan manusia dengan sempurna. Namun ketika Adam dan Hawa melanggar perintah Allah, Allah harus menghukum mereka. Seorang hakim yang membebaskan pelanggar hukum bukanlah hakim yang baik. Demikian pula adalah tidak adil kalau Allah mengabaikan dosa. Mati dalam neraka adaah hukuman yang adil untuk dosa. “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 6:23) Perbuatan amal sekalipun tidak mampu untuk memperbaiki segala dosa yang telah kita lakukan terhadap Allah yang suci. Dibandingkan dengan kebaikanNya, “Segala kesalehan kami seperti kain kotor” (Yesaya 64:6)

Sejak dosa Adam, setiap orang telah berdosa dan tidak taat kepada hukum Allah yang adil. “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,” (Roma 3:23). Dosa bukan hanya hal-hal yang besar seperti membunuh atau menghujat, tapi juga termasuk berdusta, tamak dan mencuri. Bahkan cinta uang atau membenci musuh adalah dosa. Karena dosa setiap orang akan mengalami kematian – terpisah dari Allah untuk selamanya di dalam neraka.

Janji itu menuntut kematian yang tak bernoda

Sekalipun Allah mengusir Adam dan Hawa dari Taman, Allah tidak membiarkan mereka begitu saja tanpa janji mengenai firdaus. Allah berjanji untuk mengirimkan Korban yang tak berdosa untuk menanggung hukuman yang sepatutnya mereka tanggung (Kejadian 3:15). Hingga saat itu tiba, orang-orang akan mempersembahkan domba yang tak bersalah sebagai korban pengganti untuk menanggung hukuman mereka. Mengorbankan binatang menunjukkan pengakuan bahwa dosa mereka mengakibatkan kematian, dan juga penyesalan akan dosa mereka dan iman akan Korban yang akan datang dari Allah yang akan menanggung hukuman dosa mereka. Allah menegaskan kembali janjiNya mengenai Korban yang sempurna ini dengan orang-orang seperti Abraham (Ibrahim) dan Musa.

Nabi-nabi menubuatkan kematian Yesus

Dari Adam sampai Isa Allah mengutus para nabi kepada umat manusia untuk memperingatkan mereka akan hukuman dosa dan menubuatkan kedatangan Juruselamat. 700 tahun sebelum Juruselamat dilahirkan, nabi Yesaya menggambarkan Dia:

“Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan? Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah. Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya. Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya. Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak” (Yesaya 53:1-12)

Sang nabi membandingkan datangnya sang Korban dengan seekor domba, disembelih karena dosa-dosa orang lain.

Berabad-abad kemudian, nubuat Yesaya dipenuhi dalam diri Tuhan Yesus yang sempurna, lahir dari anak dara Maria. Yesus tidak memiliki ayah secara lahiriah karena Dia berasal dari Allah. Ketika nabi Yohanes Pembaptis melihat Dia, Dia berseru, “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” (Yohanes 1:29)

Allah mengorbankan Yesus untuk dosa

Dengan mengutus Yesus ke dalam dunia, Allah memenuhi janjiNya akan Juruselamat dari dosa. Berbeda dengan kita, Yesus tidak pernah berdosa. Karena itu Allah mengorbankan Yesus sebagai pengganti kita yang sempurna. Dia menanggung hukuman yang sepantasnya kita tanggung, kematian. “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” (2 Korintus 5:21). Oleh karena itu Yesus lebih dari sekedar seorang Nabi. Allah membuat Dia menjadi Juruselamat dan Tuhan (lihat Filipi 2:6-11)

Selama hidupNya orang banyak berbondong-bondong datang kepadaNya untuk kesembuhan dan pengajaranNya. Pada waktu yang telah ditentukan Allah, Allah menyerahkan Yesus untuk dikorbankan bagi dosa. Orang banyak berseru, “Salibkan Dia!” Tentara memukul, mengejek dan menyalibkan Dia. Sebagaimana telah dinubuatkan Yesaya, Yesus disalibkan di antara dua orang penjahat dan dikuburkan dalam kubur orang kaya. Namun Dia tidak tetap tinggal dalam kuburan. Karena Allah telah menerima korbanNya, Allah menggenapi nubuat lainnya dengan membangkitkan Yesus dari antara orang mati (Mazmur 16:10, Yesaya 26:19).

Mengapa Yesus/Isa harus mati?

Yesus harus mati karena kita tidak bisa masuk firdaus dengan jasa-jasa kita sendiri. Ingat, Allah yang suci tidak dapat membiarkan dosa tidak dihukum. Jika kita menanggung dosa kita sendiri, kita akan menderita di dalam neraka. Puji Tuhan, Dia memegang janjiNya dengan mengutus dan mengorbankan Sang Pengganti yang menanggung dosa-dosa dari orang-orang yang percaya kepadaNya.

Kitab Injil mengatakan “Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar—tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati—. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu [hubungan yang dipulihkan].” (Roma 5:6-12)

“Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar. Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah, supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” (Roma 5:18-21)

Oleh karena itu Yesus harus mati untuk menyediakan satu-satunya jalan ke firdaus. Jika Anda percaya bahwa Yesus mati dan bangkit untuk menyelamatkan Anda, bertobatlah dari jalan Anda sendiri dan percayalah kepada Yesus! Ikuti Dia sebagai Tuhan yang kekasih karena Dia akan menguatkan Anda melalui FirmanNya, Alkitab.

Apaka mentaati lima rukun islam membuat saya masuk sorga

Apakah menaati Lima Rukun Islam membuat saya masuk surga?

Jawaban: Karena Allah itu adil, Dia menuntut pembayaran untuk dosa – tanpa memperdulikan betapa taatnya kita pada Lima Rukun.

Apakah Anda orang Islam yang taat? Kalau demikian, Anda betul-betul percaya pada Allah yang esa, Pencipta alam semesta, dan Muhammad nabiNya. Setelah Anda mati, Anda ingin masuk firdaus, namun bagaimana Anda dapat lepas dari neraka? Anda katakan, “Ah, kesetiaanku dalam menaati Lima Rukun lebih besar dari dosa-dosaku.” Lima hari sekali Anda bersujud ke arah Mekkah. Kalimat syahadat sering terucap dari bibir Anda. Selama Ramadan mulut Anda tidak menyentuh roti dan air. Anda menabung untuk naik haji ke Mekkah sambil dengan sukarela memberi zakat pada kaum fakir.

Namun Anda tetap bertanya, “Cukupkah?” Hati nurani Anda menuduh Anda gagal mencapai standar Allah. Bagaimana mungkin Allah dapat mengijinkan seseorang masuk surga kalau orang itu sudah dinodai oleh dosa, sekecil apapun dosa itu? Allah adalah Hakim yang adil. Di dunia sekalipun seorang hakim harus menghukum dosa. Seorang hakim tidak boleh mengampuni seseorang yang telah mencuri hanya karena si kriminal itu mengaku pergi ke mesjid tiap jumat dan berpuasa pada bulan Ramadan. Kalau dosa tidak dihukum, hukum tidak lagi ditegakkan, dan Allah tidak lagi dihormati.

Allah itu adil dan tidak akan membiarkan dosa tidak dihukum, tidak peduli betapa rajinnya ke Lima Rukun dipelihara atau berapa banyak amal yang dilakukan. Surga hanyalah bagi mereka yang sama sekali tak bercacat. Satu dosa mengakibatkan manusia yang pertama jatuh. Dosa ini bukan “dosa besar” seperti perzinahan, pembunuhan atau menghujat. Saat makan buah larangan, ketidaktaatan Adam yang satu-satunya itu membawa kutukan dosa atas dunia ini.

Dapatkah kita lolos? Kita yang tidak menghormati orangtua kita, berbohong pada sessama atau menipu pelanggan kita? Kita yang terus menerus berdosa dengan menempatkan kepentingan diri sendiri dan bukannya mengasihi Allah. Dapatkah kita masuk surga dengan dosa kita – sekalipun kita memelihara Lima Rukun?

Jikalau kita jujur, kita akan mengakui bahwa yang pantas bagi kita adalah neraka. Kita membutuhkan belas kasih Allah. Namun bagaimana Allah bisa berbelas kasihan dan sekaligus adil? Qur’an menasihati Anda untuk mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan di dalam Alkitab (Sura 10:94).

Alkitab menjelaskan bagaimana belas kasihan Allah bersanding dengan keadilanNya. “Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa. Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi, yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan.” (Roma 3:20-22). Menaati hukum Taurat tidak dapat membawa kita ke surga. Sebaliknya hukum Taurat justru mengungkapkan dosa kita. Keadilan Allah menuntut kematian sebagai akibat dosa, namun belas kasihanNya menyediakan pengganti – Yesus – yang mati bagi dosa kita.

Karena Yesus/Isa dilahirkan oleh kuasa Roh Kudus melalui anak dara Maria, Dia tidak mewarisi natur dosa dari Adam. Yesus disebut sebagai Adam yang kedua (Al-imran 3:59; 1 Korintus 15:22). Ketidaktaatan Adam membawa kutukan dosa ke dalam dunia, hidup Yesus yang sempurna membawa harapan untuk firdaus.

Dia mati di salib bagi mereka yang percaya kepadaNya untuk membayar hukuman dosa kita. Allah membuktikan bahwa pengorbanan itu telah mengalahkan dosa dengan jalan membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Dia menyelamatkan semua yang berbalik dari dosa dan percaya kepadaNya, bukan perbuatan baik. Setelah dosa dikalahkan, kita dapat memiliki relasi dengan Allah dan masuk surga.

“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus. Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat. Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain! Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman. Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya … Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 3:23-31; 6:23)

Untuk menerima anugrah hidup kekal dari Allah, percaya Yesus, Juruselamat yang telah disalibkan dan ikuti Dia sebagai Tuhan yang telah bangkit!

jaminan seorang masuk sorga

Pertanyaan: Bagaimanakah saya, sebagai seorang Muslim, mendapat jaminan mengenai firdaus?

Jawaban: Meskipun dosa-dosa kita memisahkan kita dari Allah yang suci dan firdaus, Dia mengirim Dia yang tidak berdosa untuk menjadi Pengantara kita!

Orang Muslim percaya bahwa apa yang dipilihnya dalam dunia ini menentukan apakah dia masuk surga atau neraka. Seorang bijak pernah berkata, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya?” (Markus 8:36) Orang bijak itu adalah Isa/Yesus.

Tidak diragukan Isa akan masuk firdaus. Tapi Dia memperingatkan bahwa surga tidaklah mudah didapatkan. Dia berkata, “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya." "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.” (Matius 7:13-15) Satu-satunya jalan ke surga itu tidaklah mudah untuk diperoleh. Banyak orang, ditipu oleh nabi-nabi palsu, berusaha masuk surga dengan cara yang salah. Kesudahan mereka adalah neraka.

Jikalau Anda meragukan apakah Anda bisa masuk ke firdaus, Qur’an mengajarkan Anda bagaimana Anda dapat mendapatkannya, “Kalau engkau ragu terhadap apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca Kitab Suci sebelum kamu …” (Surah 10:94)

Kitab Suci (Alkitab) memberitahu kita bagaimana kita mendapatkan jaminan mengenai firdaus.

Dapatkah perbuatan baik memberikan kita tempat di surga?

Orang Muslim sejati tunduk kepada Allah. Itu berarti Allah menguasai apa yang dia pikirkan, lakukan, katakan. Jika seorang Muslim melakukan apa yang Allah tidak akan lakukan (seperti berbohong, takut, cemburu) itu berarti dia tidak betul-betul tunduk kepada Allah. Itu adalah dosa. Dapatkah perbuatan-perbuatan baik menghapuskan dosa?

Alkitab mengatakan, “ Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa ... Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,” (Roma 3:20, 23)

Allah itu adil dan tidak akan membiarkan dosa tidak dihukum – tanpa menghiraukan bagaimana setianya ke Lima Rukun dipelihara atau berapa banyak perbuatan baik yang dilakukan. Bahkan satu dosa saja sudah cukup untuk menghasilkan neraka (Yakobus 2:10). Karena dosa menghalangi kita masuk surga dan Allah, karena Dia adil, tidak sembarangan mengampuni dosa, siapa yang dapat menolong kita?

Dapatkah Muhammad menjadi pengantara kita?

Sekalipun ada beberapa hadis yang mengindikasikan bahwa Muhammad dapat menjadi pengantara, kaum Muslim menerima Qur’an sebagai otoritas tertinggi. Qur’an mengajarkan bahwa sekedar manusia – termasuk Muhammad – tidak dapat menjadi pengantara untuk manusia berdosa (Surah 2:48; 6:51; 35:18).

Dapatkah Isa menjadi Pengantara kita?

Seorang pengantara kepada Allah yang suci haruslah dia sendiri sempurna adanya. Dia tidak bisa sembarangan orang. Syukurlah Allah telah mengutus Yesus yang suci untuk menjadi pengantara manusia yang berdosa, “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.” (1 Timotius 2:5-6)

Banyak orang menyaksikan Yesus Kristus sebagai nabi, guru dan pembuat mujizat. Mereka berbicara mengenai “bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia. Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu yang diperbuat-Nya di tanah Yudea maupun di Yerusalem; dan mereka telah membunuh Dia dan menggantung Dia pada kayu salib. Yesus itu telah dibangkitkan Allah pada hari yang ketiga, dan Allah berkenan, bahwa Ia menampakkan diri, bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Dan Ia telah menugaskan kami memberitakan kepada seluruh bangsa dan bersaksi, bahwa Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati. Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya” (Kisah 10:38-43).

Semua nabi sejati menyaksikan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan orang-orang berdosa dapat beroleh pengampunan. Tanpa Yesus sebagai Juruselamat Anda dari dosa, Anda akan menghadap Dia sebagai Hakim yang mengungkapkan dosa-dosa Anda. Yesus berkata, “Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” (Yohanes 8:24)

Anda harus berbalik dari dosa Anda dan menyadari bahwa Anda tidak dapat masuk firdaus melalui perbuatan-perbuatan baik anda. Percayalah bahwa Yesus adalah Juruselamat yang telah diutus Allah untuk menyelamatkan Anda dari hukuman dan kuasa dosa. Jika Anda terus menolak untuk mengikuti Dia akan harus dipisahkan dari Allah yang suci dan berada dalam neraka.

Mereka yang percaya pada Yesus – bukan sekedar mengetahui tentang Dia namun bersandar padaNya untuk keselamatan, tunduk kepadaNya sebagai Tuhan, dan mengasihi Dia sebagai harta yang terbesar – akan diselamatkan dari dosa dan neraka.

Yesus menjamin mereka yang mengikuti Dia masuk surga! “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.” (Yohanes 6:47)

Apakah Anda membuat keputusan untuk menerima Kristus karena apa yang Anda baca di sini? Jika demikian, klik pada tombol “Saya telah menerima Kristus pada hari ini” di bawah.