Selasa, 03 Februari 2009

Mengapah penting doa Bersama

Apakah doa bersama adalah sesuatu yang penting? Apakah doa bersama lebih berkuasa dari berdoa secara pribadi?

Jawaban: Doa bersama adalah bagian penting dari hidup bergereja, sama halnya dengan beribadah, doktrin yang benar, perjamuan kudus dan persekutuan. Gereja mula-mula berkumpul secara rutin untuk bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, memecahkan roti dan berdoa bersama (Kisah Rasul 2:42), dimulai sejak setelah Yesus bangkit (Kisah Rasul 1:14) dan berlanjut terus hingga hari ini. Ketika kita berdoa bersama dengan orang-orang percaya lainnya, pengaruhnya sangatlah positif. Doa bersama membangun dan menyatukan kita dalam iman yang satu. Roh Kudus yang sama yang berdiam dalam setiap orang percaya menyebabkan hati kita bersukacita saat kita mendengar pujian kepada Tuhan dan Juruselamat kita, merajut dan menyatukan kita dalam ikatan yang unik yang tidak ditemukan di tempat lain.

Bagi mereka yang kesepian dan bergumul dengan beban kehidupan, mendengarkan orang mengangkat mereka ke tahta anugrah memberi semangat yang besar. Mendoakan mereka juga membangun kasih dan perhatian terhadap orang lain. Doa bersama juga mengajar orang-orang yang baru percaya bagaimana berdoa dan membawa mereka kepada persekutuan yang intim dalam tubuh Kristus. Pada saat yang sama, doa bersama hanyalah merupakan refleksi dari hati orang-orang yang ambil bagian. Dengan rendah hati kita datang kepada Tuhan (Yakobus 4:10), dalam kebenaran (Mazmur 145:18), dan ketaatan (1 Yohanes 3:21-22), dengan ucapan syukur (Filipi 4:6) dan keyakinan (Ibrani 4:16). Sayangnya, doa bersama dapat pula menjadi sarana bagi mereka yang kata-katanya bukan ditujukan pada Tuhan, tapi pada para pendengar mereka. Dalam Matius 6:5-8 Yesus memperingatkan kita untuk berhati-hati dengan dengan sikap semacam itu saat Dia mengingatkan kita untuk tidak bersikap pamer dan bertele-tele atau munafik dalam doa-doa kita, namun berdoa secara sendiri di dalam kamar untuk menghindari cobaan semacam itu.

Tidak ada sesuatu apapun di dalam Alkitab yang mengindikasikan bahwa doa bersama adalah “lebih berkuasa” dibanding dengan doa pribadi dalam hal menggerakkan tangan Tuhan. Terlalu banyak orang Kristen yang menyamakan doa dengan “mendapatkan sesuatu dari Tuhan,” dan doa bersama pada umumnya menjadi kesempatan untuk mengutarakan daftar permintaan kita. Doa yang Alkitabiah memiliki banyak sisi, termasuk keinginan untuk masuk ke dalam persekutuan yang intim dengan Tuhan kita yang kudus, sempurna dan adil. Bahwa Tuhan yang demikian bersedia mencondongkan telingaNya kepada ciptaanNya membuat pujian dan penyembahan dinyatakan dengan berlimpah (Mazmur 27:4; 63:1-8), menghasilkan penyesalan dan pengakuan yang tulus (Mazmur 51; Lukas 18:9-14), melahirkan ucapan syukur (Filipi 4:6; Kolose 1:12), dan membuahkan doa syafaat yang sungguh-sungguh untuk orang-orang lain (2 Tesalonika 1:11; 2:16).

Permohonan doa tidak ditemukan dalam doa-doa Paulus atau Yesus kecuali saat mereka mengutarakan apa yang menjadi keinginan mereka, tapi selalu dalam ketaatan pada kehendak Allah (Matius 26:39; 2 Korintus 12:7-9). Dengan demikian, doa adalah bekerja sama dengan Tuhan untuk menggenapi rencanaNya, dan bukan berusaha untuk mencondongkan Dia kepada keinginan kita. Saat kita membuang keinginan kita sendiri dan tunduk kepada Dia yang mengetahui keadaan kita lebih dari kita sendiri, dan yang “mengetahui apa yang kamu perlukan sebelum kamu minta kepadaNya (Matius 6:8) doa kita mencapai tingkat yang tertinggi. Karena itu, doa yang dinaikkan dalam ketaatan kepada kehendak Illahi selalu dikabulkan, baik didoakan oleh satu orang atau oleh seribu orang. Di sinilah terletak kuasa doa yang sebenarnya.

Pemikiran bahwa doa bersama lebih dapat menggerakkan Tuhan pada umumnya berasal dari salah penafsiran terhadap Matius 18:19-20, “Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."” Ayat-ayat ini berasal dari bagian yang lebih luas yang berbicara mengenai prosedur yang harus diikuti dalam hal disiplin gereja terhadap anggota gereja yang berdosa. Menafsirkan ayat ini sebagai kesempatan bagi orang-orang percaya untuk meminta apa saja yang mereka sepakati, tidak peduli itu berdosa atau bodoh, bukan saja tidak sesuai dengan konteks mengenai disiplin gereja, namun juga bertentangan dengan ayat-ayat lain dari Alkitab, khususnya yang berhubungan dengan kedaulatan Tuhan dan berbagai perintah supaya orang-orang percaya tunduk pada kehendakNya, dan bukan sebaliknya.

Selain itu, percaya bahwa di mana “dua atau tiga orang berkumpul” untuk berdoa maka ada kuasa magis yang secara otomatis ditambahkan kepada doa adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Pastilah Yesus hadir pada saat dua atau tiga orang berdoa, namun Dia juga hadir saat seorang percaya berdoa sendirian, bahkan sekalipun orang tsb terpisah dari orang percaya lain beribu-ribu mil jauhnya. Salah tafsir terhadap ayat-ayat ini menunjukkan mengapa penting untuk membaca dan mengerti ayat-ayat Alkitab dalam konteksnya dan dalam terang seluruh Alkitab.

Mengapah harus berdoa dalam nama Yesus

Apa artinya berdoa dalam nama Yesus?

Jawaban: Berdoa dalam nama Yesus diajarkan dalam Yohanes 14:13-14, “Dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya." Beberapa orang dengan salah menerapkan ayat ini dan beranggapan bahwa asal mengatakan “dalam nama Yesus” pada akhir dari doa maka Tuhan akan selalu mengabulkan apasaja yang diminta. Ini pada dasarnya memperlakukan “dalam nama Yesus” seperti sebuah mantra. Hal ini sama sekali tidak Alkitabiah.

Berdoa dalam nama Yesus berarti berdoa dengan otoritas Yesus dan minta kepada Allah Bapa untuk menjawab doa kita karena kita datang dalam nama anakNya, Yesus. Berdoa dalam nama Yesus memiliki arti yang sama dengan berdoa sesuai dengan kehendak Allah. “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya” (1 Yohanes 5:14-15). Berdoa dalam nama Yesus berarti berdoa untuk hal-hal yang menghormati dan memuliakan Yesus.

Mengucapkan “dalam nama Yesus” pada akhir dari doa bukanlah sebuah mantra. Jika apa yang Anda minta dalam doa bukanlah untuk kemuliaan Tuhan dan bukan sesuai dengan kehendakNya, mengatakan “dalam nama Yesus” tidak ada artinya. Yang penting adalah berdoa dengan sungguh-sungguh dalam nama Yesus dan bagi kemuliaanNya; bukan sekedar menempelkan kata-kata tertentu pada akhir dari doa. Dalam doa, bukan kata-katanya yang penting, tapi maksud dari doa itu. Berdoa untuk hal-hal yang sesuai dengan kehendak Tuhan pada hakekatnya adalah berdoa dalam nama Yesus.

Bagaimana doa dijawab oleh Tuhan

Bagaimana supaya doa-doa saya dijawab oleh Tuhan?

Jawaban: Banyak orang memandang “doa yang dijawab” sebagai Tuhan mengabulkan permohonan yang dipanjatkan kepadaNya. Jikalau doanya tidak dikabulkan, sering dianggap bahwa doa itu tidak dijawab. Sebetulnya ini adalah pengertian yang tidak tepat mengenai doa. Tuhan menjawab setiap doa yang dinaikkan kepadaNya. Yang harus kita ingat adalah bahwa kadang-kadang Tuhan menjawab “tidak” atau “tunggu.” Tuhan hanya berjanji untuk mengabulkan doa-doa kita kalau apa yang kita minta sesuai dengan kehendakNya. 1 Yohanes 5:14-15 “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya.”

Apa artinya berdoa sesuai dengan kehendak Tuhan? Berdoa sesuai dengan kehendak Tuhan adalah berdoa untuk hal-hal yang menghormati dan memuliakan Tuhan dan/atau berdoa untuk hal-hal yang Alkitab secara jelas ungkapkan sebagai kehendak Allah. Jikalau kita berdoa untuk sesuatu yang tidak menghormati Tuhan atau yang bukan kehendak Tuhan bagi hidup kita, Tuhan tidak akan memberi apa yang kita minta. Bagaimana kita mengetahui apa yang menjadi kehendak Tuhan? Tuhan berjanji memberi kita hikmat saat kita memintanya. Yakobus 1:5 mengatakan, “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, —yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit—,maka hal itu akan diberikan kepadanya.” Kenali apa yang Alkitab katakan mengenai kehendak Tuhan bagi hidup Anda. Makin kita mengenal Firman Tuhan, makin kita mengetahui apa yang kita perlu doakan. Makin kita mengetahui apa yang kita perlu doakan, makin efektiflah kehidupan doa kita.

Apakah boleh berdoa berulang-ulang

Apakah boleh berdoa berulang-ulang untuk hal yang sama, atau kita sepatutnya hanya minta satu kali saja?

Jawaban: Lukas 18:1-7 mengatakan, “Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kata-Nya: "Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun. Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku." Kata Tuhan: "Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?”

Lukas 11:5-13 mengatakan, “Lalu kata-Nya kepada mereka: "Jika seorang di antara kamu pada tengah malam pergi ke rumah seorang sahabatnya dan berkata kepadanya: Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya; masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepada saudara. Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya. Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya."

Kedua bagian Alkitab ini mendorong kita untuk berdoa – dan terus berdoa! Tidak ada salahnya terus menerus meminta hal yang sama. Sepanjang hal itu adalah dalam kehendak Tuhan (1 Yohanes 5:14-15), mintalah terus sampai Tuhan memberikan apa yang Anda minta atau menyingkirkan hal itu dari hati Anda. Kadang-kadang Tuhan membiarkan kita menunggu untuk jawaban atas doa-doa kita untuk mengajar kita bersabar dan bertekun. Kadang-kadang kita meminta untuk apa yang bukan merupakan waktunya untuk Tuhan berikan. Kadang-kadang kita meminta untuk apa yang bukan menjadi kehendak Tuhan bagi kita, dan Dia akan terus berkata tidak. Doa bukan hanya kita mengajukan permintaan kita kepada Tuhan, namun juga kesempatan bagi Tuhan untuk menyatakan kehendakNya kepada kita. Teruslah meminta, teruslah mengetuk, teruslah mencari – sampai Tuhan mengaruniakan permohonan Anda, atau meyakinkan Anda bahwa itu bukanlah kehendakNya bagi Anda.

Mengapah berdoa

Mengapa berdoa? Apa gunanya berdoa jika Tuhan mengetahui masa depan dan mengontrol segala sesuatu?

Jawaban: Mengapa berdoa? Mengapa berdoa kalau Tuhan sudah secara sempurna menguasa segala sesuatu? Mengapa berdoa kalau Tuhan telah mengetahui apa yang akan kita minta sebelum kita memintanya?

(1) Doa adalah suatu wujud pelayanan kepada Tuhan (Lukas 2:36-38). Kita berdoa karena Tuhan memerintahkan kita untuk berdoa (Filipi 4:6-7).

(2) Tuhan Yesus dan gereja mula-mula memberikan kita contoh doa (Markus 1:35; Kisah Rasul 1:14; 2:42; 3:1; 4:23-32; 6:4; 13:1-3). Jika Yesus memandang perlu untuk berdoa kita juga perlu.

(3) Tuhan menghendaki doa menjadi sarana untuk memperoleh jalan keluar untuk berbagai situasi:

a. Mempersiapkan keputusan-keputusan besar (Lukas 6:12-13)
b. Mengatasi halangan kuasa kegelapan dalam hidup (Matius 17:14-21)
c. Meminta pengerja-pengerja untuk tuaian rohani (Lukas 10:2)
d. Mendapatkan kekuatan untuk mengatasi pencobaan (Matius 26:41)
e. Cara untuk menguatkan orang lain secara rohani (Efesus 6:18-19)

(4) Kita memiliki janji Tuhan bahwa doa kita tidak akan sia-sia bahkan jika kita tidak mendapatkan apa yang secara khusus kita minta (Matius 6:6; Roma 8:26-27).

(5) Dia berjanji bahwa jika kita meminta hal-hal yang sesuai dengan kehendakNya, Dia akan memberi apa yang kita minta (1 Yohanes 5:14-15).

Kadang-kadang Dia menunda jawabanNya sesuai dengan hikmatNya dan untuk kebaikan kita. Dalam situasi-situasi ini, kita perlu dengan rajin dan bertekun dalam doa (Matius7:7; Lukas 18:1-8). Doa tidak boleh dipandang sebagai cara untuk memaksa Tuhan melakukan kemauan kita dalam dunia, tapi sebagai cara untuk menggenapi kehendak Tuhan di atas bumi ini. Hikmat Tuhan jauh melampaui hikmat kita.

Dalam situasi-situasi di mana kita tidak tahu secara persis apa yang merupakan kehendak Tuhan, doa adalah cara untuk menemukan kehendak Tuhan. Jikalau Petrus tidak meminta Yesus memanggil dia keluar dari perahu ke atas air, dia pasti sudah kehilangan kesempatan itu (Matius 14:28-29). Jikalau si wanita Siro-Fenisia yang putrinya diganggu setan tidak berdoa kepada Kristus, putrinya tidak akan sembuh (Markus 7:26-30). Jika orang buta di luar kota Yerikho tidak berseru kepada Kristus, dia akan tetap buta (Lukas 18:35-43). Tuhan telah mengatakan bahwa sering kita tidak memperoleh karena kita tidak meminta (Yakobus 4:2). Dalam pengertian tertentu, doa adalah seperti membagikan Injil dengan orang-orang lain. Kita tidak tahu siapa yang akan meresponi berita Injil sampai kita mulai membagikannya. Demikian pula dengan doa. Kita tidak akan pernah melihat hasil dari doa sampai kita berdoa.

Tidak adanya doa menyatakan tidak adanya iman dan tidak adanya kepercayaan kepada Firman Tuhan. Kita berdoa untuk menyatakan iman kita kepada Tuhan, bahwa Dia akan melakukan apa yang telah dijanjikanNya dalam FirmanNya, dan akan memberkati hidup kita dengan berlimpah lebih dari apa yang dapat kita minta atau harapkan (Efesus 3:20). Doa adalah sarana utama untuk melihat Tuhan bekerja dalam hidup orang-orang lain. Karena doa adalah cara kita untuk “bersambungan” dengan kuasa Tuhan, doa adalah cara kita untuk mengalahkan musuh dan pasukannya (Iblis dan tentara-tentaranya) yang dengan diri sendiri kita tidak akan berdaya. Karena itu kiranya Tuhan kerap kali menemukan kita di hadapan tahtaNya, sebab kita memiliki Imam Besar di surga yang dapat memahami segala yang kita alami (Ibrani 4:15-16). Kita memiliki janji bahwa doa orang benar apabila dengan yakin didoakan sangat besar kuasanya (Yakobus 5:16-18). Kiranya Tuhan memuliakan namaNya dalam hidup kita saat kita percaya dan sering datang kepadanya di dalam doa.


Dapatkah orang Kristen berdamai dengan orang muslim

Apakah penyebab permusuhan antara orang-orang Kristen dan Muslim? Dapatkan orang-orang Kristen berdamai dengan Muslim?

Jawaban: Sejak tanggal 11 September dunia memasuki jaman teror. Para teroris, sekalipun berjumlah sedikit, melakukan kekejaman dengan mengatasnamakan agama. Orang-orang Kristen ingin tahu bagaimana seharusnya menanggapi ancaman ini. Sayangnya sebagian orang dengan ketakutan menggambarkan semua Muslim sebagai teroris. Sebagian lainnya mengkompromikan kebenaran demi untuk menerima mereka. Kedua pendekatan ini tidaklah menghormati Tuhan.

Yang jelas kita harus memahami perbedaan-perbedaan antara kedua iman kepercayaan ini sebelum kita dapat menjawab dengan kebenaran dan kasih Kristus. Sekalipun beberapa kesalahpahaman dapat dijelaskan, masalah yang paling utama adalah … Yesus Kristus! (lihat 1 Petrus 2:4-8). Kebenaran mengenai Tuhan dan Juruselamat kita tidak boleh dikompromikan. Pertama-tama, mari kita dengan sikap doa menelaah bagaimana kita dapat mengatasi penghalang-penghalang antara kaum Muslim dan orang-orang Kristen.

1. Kaum Muslim merasa tersinggung oleh sekularisme Barat.

Banyak kaum Muslim yang dengan sungguh-sungguh berusaha hidup suci. Seiring dengan mengecilnya dunia karena tehnologi global, orang-orang Muslim di sekitar kita merasa terancam oleh kebudayaan Barat: film-film yang tidak bermoral, pornografi, musik yang busuk, alkohol, pemberontakan kaum remaja. Yang lebih parah lagi, mereka menyamakan budaya Barat ini dengan keKristenan. Budaya Barat “kita” mengancam iman mereka, pandang dunia mereka, gaya hidup mereka.

Respon orang Kristen: Bertemanlah dengan orang Muslim dan jelaskan bahwa budaya Barat tidak lagi bersifat Kristiani namun bersifat sekular. Selanjutnya tidak semua yang mengaku Kristen benar-benar adalah pengikut-pengikut Kristus. Melalui kata dan karya tunjukkan contoh dan teladan orang Kristen yang sejati. “Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.” (1 Petrus 2:12)

2. Kaum Muslim membenci dominasi Barat

Barat memiliki sejarah penjajahan dan campur tangan yang dibenci oleh orang-orang Muslim. Walaupun beberapa dari mereka mendukung perang terhadap teror, kaum Muslim lainnya dengan getir menolaknya. Di samping itu, mereka sering merasa dikhianati oleh sikap “pilih kasih” Barat terhadap Israel yang mengakibatkan terlantarnya ribuan orang-orang Palestina.

Respon orang Kristen: Tunjukkan kasih dan kerendahan hati yang sejati melalui doa dan karya. Fokuskan pada Kristus, bukan pada kontroversi politik. Suatu hari Tuhan akan memulihkan keadilan. Sementara itu, Dia menyediakan pemerintah-pemerintah dan para pemimpin untuk bertindak sebagai “hamba-hamba kebenaran” untuk melindungi orang baik dan menghukum yang jahat (Roma 13:1-6).

“ Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai! Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!” (Roma 12:16-21).

“ Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran, sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.” (2 Timotius 2:23-26)

3. Kaum Muslim militan bertindak berdasarkan ayat-ayat perang yang ada dalam Qur’an

Sekalipun banyak kaum Muslim adalah pecinta damai, yang lainnya menafsirkan bahwa Qur’an memberi mereka kuasa untuk mempertobatkan atau membunuh. Pada awal dari berkuasanya Muhammad, dia berusaha untuk mendapatkan dukungan dari orang-orang Kristen untuk agama barunya, dia bahkan mendorong para pengikutnya untuk membaca Alkitab (Surah 10:94).

Namun demikian, orang-orang Kristen melakukan dosa “syirik” yang tak dapat diampuni, menyamakan Yesus dengan Allah. Ketika kedua kepercayaan ini tidak dapat digandengkan, dia mendorong untuk melakukan jihad terhadap orang-orang kafir (Surah 4:47; 9:29). Bagaimana dia memotifasi perang suci? Dia menjanjikan bahwa para pengikutnya yang selamat akan menerima jarahan dari mereka yang binasa (Surah 48:20-21). Mereka yang mati dalam perang suci mendapat jaminan – jaminan yang tidak dimiliki oleh kaum Muslim manapun – bahwa mereka akan masuk ke dalam Firdaus yang penuh dengan kenikmatan sensual (Hadis 1:505; 6:402)

Respon orang Kristen: Sayang sekali, beberapa orang Kristen dengan rasa takut menghina baik kaum Muslim yang radikal maupun yang moderat. Namun Tuhan memberi obat yang sempurna untuk rasa takut dan benci: kasihNya.

“Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan” (1 Yohanes 4:18)

“ Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” (Matius 10:28)

"Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu;” (Lukas 6:27)

Yesus tidak menjanjikan para pengikutNya kehidupan yang bebas dari konflik. Sebaliknya Dia meyakinkan, "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku.” (Yohanes 15:18-21).

Kaum Muslim menolak Allah Bapa yang telah mengutus AnakNya untuk mati bagi orang-orang berdosa. Sekalipun kaum Muslim menghormati Yesus sebagai nabi agung, mereka bergantung pada iman dan perbuatan islamiah – tunduk kepada Allah, percaya kepada Muhammad dan taat kepada Qur’an – untuk dapat diterima di Firdaus. Banyak kaum Muslim yang percaya bahwa orang-orang Kristen menyembah tiga Allah, membuat manusia menjadi Allah (Yesus) dan merusak Kitab Suci. Kebanyakan dari mereka menolak perlunya dan sifat sejarah dari kematian Kristus.

Orang-orang Kristen dan Muslim seharusnya mendiskusikan salah pengertian – salah pengertian doktrinal. Orang-orang Kristen harus memahami pandang dunia Islamiah dan teologi Kristen sehingga mereka dapat …

• Menjelaskan kesatuan dan keperbedaan dalam Tritunggal.

• Menunjukkan bagaimana kesucian Allah dan dosa manusia menuntut kematian Yesus untuk menebus

• Memberikan bukti alademis dan kesaksian pribadi mengenai dapat dipercayanya Alkitab

• Memperjelas kepercayaan mengenai Yesus. Manusia tidak menjadi Allah, tapi Allah yang menjadi manusia. “Anak Allah” adalah metafora, bukan pernikahan secara harafiah antara Allah dan Maria. Konsep ini harus dibicarakan dengan hati-hati dan sistimatis: “Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia. Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah.” (1 Yohanes 4:14-15)

Sebagai pembawa damai orang-orang Kristen harus berusaha meredakan ketegangan antara Islam dan keKristenan. Namun beberapa tensi tertentu tidak boleh dilepaskan oleh pihak Kristen. Kebenaran tidak boleh ditutupi. Dengan kasih, kerendahan hati, dan kesabaran, orang-orang Kristen harus memperkenalkan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat: Jalan, Kebenaran dan Hidup.

Mengapah orang Kristen tidak berpuasa sebagaimana orang Muslim

Mengapa orang-orang Kristen tidak berpuasa sebagaimana orang-orang Muslim?

Jawaban: Kaum Muslim dan Kristen sama-sama berpuasa namun dengan tujuan yang berbeda. Demi untuk menaati salah satu dari Lima Rukun, seorang Muslim wajib berpuasa pada bulan Ramadan. Banyak kaum Muslim yang dengan tulus berusaha memperoleh berkah dan pengampunan saat berpuasa.

Bagi orang-orang Kristen, puasa bukan kewajiban tapi kesenangan. Dengan tidak makan justru memberi kesempatan kepada mereka untuk menyatakan kepuasan mereka pada Tuhan dan bukannya pada makanan. Walaupun puasa tidak menghasilkan jasa dari Tuhan atau tempat di firdaus, banyak orang Kristen yang berpuasa karena alasan-alasan berikut ini:

- Menyatakan kepuasan mereka pada Tuhan (Lukas 4:4)

- Merendahkan diri di hadapan Tuhan (Daniel 9:3; 10:12)

- Memohon pertolongan Tuhan (2 Samuel 12:16; Ester 4:16; Ezra 8:23)

- Mencari kehendak Tuhan (Kisah 13:2-3)

- Bertobat dari dosa (Yunus 3:5-10; 1 Raja-Raja 21:25-29)

- Menyembah Tuhan tanpa gangguan (Lukas 2:36-38)

Walaupun Yesus (Isa) mendorong untuk berpuasa, Dia tidak menetapkan kapan atau berapa lama seseorang berpuasa. Para pemimpin agama pada jaman Isa membanggakan diri bahwa mereka berpuasa dua kali seminggu, namun Yesus mempertanyakan kesungguhan mereka. Orang-orang Kristen meneladani contoh dari Dia.

Contoh Isa dalam hal puasa

Pada awal dari pelayanan Isa di depan umum, sebelum mujizat-mujizat dan pengajaranNya, Dia berpuasa selama empat puluh hari. Sesudah itu Iblis mencobai Yesus saat Dia masih lemah karena lapar, “ Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus … Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.” (Matius 4:2, 8-11). Sekalipun Iblis mencobai Yesus untuk berdosa, Yesus tidak jatuh dan tetap sempurna, tidak seperti orang-orang lainnya dalam sejarah.

Peringatan Isa mengenai puasa yang sombong

• Jangan berpuasa untuk berlagak suci di hadapan orang

"Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."” (Matius 6:16-18)

• Jangan berpuasa untuk mendapatkan pengampunan dosa.

(Farisi = seseorang yang menjadi anggota dari sekte Yahudi yang fundamental)

“Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Lukas 18:11-14)

Yesus mengajarkan bahwa kita tidak bisa masuk ke firdaus melalui berpuasa. Dosa kita membuat perbuatan agamis kita yang paling salehpun tidak pantas.

Isa mengubah puasa (Markus 2:18-22)

Yesus mengajarkan bahwa mengikuti kehendak kudus Allah memberi kepuasan yang lebih besar dari makan, “ Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: "Rabi, makanlah." Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal." Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: "Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?" Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” (Yohanes 4:31-34)

Apa itu kehendak dan pekerjaan Allah? “Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."” (Yohanes 6:35-40)

Sama seperti kita akan mati jikalau tidak makan, kita juga akan mati secara rohani (terpisah untuk selamanya dari Tuhan di dalam neraka) kalau kita tidak menerima Yesus, sang Roti Hidup itu. Karena Dia “turun dari Surga”, dari dari Anak Dara, Yesus menyebut Allah BapaNya. Melalui kehidupanNya yang sempurna, kematian dan kebangkitanNya, Yesus membuktikan bahwa Dia adalah Allah, Anak Allah.

Yesus menggenapi kehendak BapaNya, menyelamatkan orang-orang berdosa dengan menanggung dosa mereka di atas salib. Dengan membangkitkan Yesus dari antara orang mati, Allah menyatakan bahwa Dia menerima pengorbanan Yesus.

Bagaimana Anda menerima sang Roti Hidup? Anda harus berbalik dari dosa dan percaya kepada kematian dan kebangkitan Yesus untuk menyelamatkan Anda – bukan percaya pada kebaikan sendiri melalui perbuatan-perbuatan seperti berpuasa.

Setelah menyelamatkan Anda dari dosa, Yesus memberi Anda kemauan dan kekuatan untuk memuliakan Allah melalui perbuatan-perbuatan baik seperti misanya berpuasa, “Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 6:22-23).