Sabtu, 31 Januari 2009

ajaran tentang keselamatan dalam Yesus

Keselamatan adalah doktrin mendasar dalam kekristenan. Memang ada dua pandangan yang kelihatannya saling bertentangan satu sama lain, yaitu Calvinisme dan Armenianisme. Sebetulnya tidak ada yang salah dari kedua pandangan ini. Hanya beda sudut pandang saja. Calvinisme memandang keselamatan dari posisi manusia di hadapan Allah. Manusia yang berdosa menerima anugerahNya, mengalami kelahiran kembali akibat dari menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi. Sementara Armenianisme melihat dari sudut pandang posisi manusia di hadapan sesamanya, bahwa manusia berdosa yang telah bertobat harus membuktikan imannya di hadapan sesamanya dengan perbuatan, karena tanpa perbuatan iman itu pada dasarnya mati. Iman dalam arti seutuhnya terdiri dari percaya dalam hati, pengakuan dengan mulut dan diwujudkan dalam perbuatan.
Untuk itu jangan mencondongkan pandangan kita kepada salah satu dari kedua konsep di atas. Kita harus kembali meneliti alkitab sebagai referensi utama dalam membangun konsep iman yang menyangkut keselamatan kekal.Kalau kita membaca Roma 8:29-30; Efesus 1:3-14; 2:8-10 dengan teliti maka kita bisa membaut simpul-simpul mendasar tentang keselamatan dan akibatnya kedua pandangan yang kelihatannya saling bertentangan di atas tercakup di dalamnya.
Roma 8 yang merupakan puncak dari bagian doktrinal itu merangkumkan, bahwa keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus mencakup dimensi yang lengkap dalam hidup kita :1. Dimensi masa lampau: pembenaran2. Dimensi masa sekarang: pengudusan3. Dimensi masa yang akan datang s.d. kekekalan: pemuliaan
PEMBENARAN (JUSTFICATION) – Ini disebut juga Keselamatan Posisional dimanakita dibebaskan dari kutuk dosa.Kita dipilih-Nya (Allah) bahkan sebelum dunia dijadikan (Ef 1:3-4). Ingat “di dalam Dia” (di dalam Yesus kristus). Inilah aspek posisional dari keselamatan kita. Ayat 4 : di dalam Kristus, kita kudus dan tidak bercacat. Allah Bapa melihat kita di dalam Kristus. Cf: ayat 5: “Dalam kasih, Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya.
Maka “Allah memilih kita sebelum dunia dijadikan”(Ef 1:3-4)Ingatlah bahwa Kristus telah ada sebelum dunia dijadikan, bahkan Ialah yang menyebabkan segala sesuatu ada (Yoh 1:3, “. . .segala sesuatu dijadikan oleh Dia”).Tekanan di sini, adalah “di dalam Dia” (Kristus). Jadi, “di dalam Kristus,” keselamatan itu cukup bagi semua orang (sufficiency). Tetapi keselamatan yang cukup/sufficient di dalam Kristus itu, hanya menjadi efisient (berlaku) bagi seseorang, apabila orang itu menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan-nya (Efficeincy) (Ef 1:13-14; 2:8-10).
Karena itu, kita menolak pandangan “universalisme” yang mengatakan, bahwa semua orang pasti selamat, karena Allah “telah memilih” semua orang sebelum dunia dijadikan.
Karena kita dipilih di dalam Kristus, kita memiliki kepastian keselamatan :Kita telah menjadi anak-anak Allah dan memiliki keselamatan yang kekal (Yoh 1:12; 3:16; Ef 1:13-14, dll.),Kita tidak dihukum : Roma 8:1, Tidak ada penghukuman bagi orang di dalam Kristus Yesus.”Kita tidak dapat dirampas dari tangan Bapa (Yoh 10:27-30),Kita tidak dapat dipisahkan dari kasih Allah yang ada di dalam Kristus (Roma 8:37-39).
Walaupun demikian kita mempunyai tanggung jawab moral untuk hidup sesuai dengan posisi kita di dalam Kristus. Itulah dimensi yang kedua
PENGUDUSAN (SANCTIFICATION) – Keselamatan Progresif dimana secara proses kita dibebaskan dari kuasa dosa.Posisi/kedudukan kita yang begitu tinggi (orang Kudus/orang yang dibenarkan dalam Kristus). menuntut tanggung jawab yang tidak ringan: Kita harus hidup kudus. Dalam hal ini ada dua ekstrim:Yudaisme : menurut persepsi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi : orang harus memenuhi hukum Taurat supaya diselamatkan. Ajaran sesat ini dalam gereja yang mula-mula telah dikoreksi oleh Paulus, antara lain : Rom 3:20; 23-24; 27-28.Antinomianisme : karena orang Kristen telah diselamatkan hanya karena anugerah Yesus Kristus, maka mereka tidak perlu taat kepada hukum-hukum; ekstrim ini dikoreksi oleh Yakobus (Yak 2:22). Kalau demikian , apakah Paulus bertentangan dengan Yakobus? Sekali-kali tidak!Paulus (dalam Roma dan Galatia): Manusia yang berdosa di hadapan Allah!Yakobus (dalam surat Yakobus): Manusia yang sudah ditebus di hadapan sesama manusia.
Karena itu, orang Kristen tidak boleh hidup secara ceroboh di dalam dunia ini. Justru karena kita sudah diselamatkan, kita harus hidup berpadanan dengan posisi kita, sebagai orang-orang yang telah diselamatkan (Ef 4:1).
Bagaimana kita hidup sekarang ini dan di sini, itulah yang penting. Dimensi kekinian ini merupakan dimensi progresif di dalam kehidupan Kristen kita. Artinya harus ada kemajuan di dalam hidup kita. Kita harus hidup sebagai anak-anak terang (Ef 5:1-21)Karena itu dimensi ini disebut juga sebagai dimensi pengudusan (I Ptr 1:14-16). Persoalannya, bagaimana kita hidup kudus, padahal dunia ini penuh dengan kebobrokan /kegelapan?Dalam tataran praktis (artinya dalam praktek kehidupan kita sehari-hari), apakah artinya “menjadi suci. . .”?Secara spiritual : kita ekslusif – kita harus berbeda dengan orang lain (Yoh 17:14-16).Secara sosiokultural : kita harus inklusif, berada di tengah-tengah masyarakat sebagai garam dan terang (Matius 5:13-16).
Bagaimanakah kalau orang Kristen jatuh ke dalam dosa? Dalam hal ini, kita harus membedakan dua hal :Hubungan/Relationship: tetap (cf. Rom 8:37-38, dll.)Persekutuan/Felloship: terganggu (baca: I Yoh 1:5-10, khususnya ayat 9).Tiga aspek dalam pengakuan dosa, adalah :Pengakuan, kehancuran hati, berbalik dari dosa kita.Apakah itu berarti, bahwa kita dapat saja jatuh bangun, terus-menerus di dalam kehidupan Kristen kita? Sekali-kali tidak !Dilihat dari konsep pengudusan ini sebetulnya orang Kristen yang sudah lahir baru tidak bisa hidup di dalam dosa, tetapi bisa jatuh dalam dosa. Jika kita jatuh di dalam dosa, maka Tuhan sudah menyediakan jalan keluarnya (1 Yoh 1:9). Tetapi yang masih hidup di dalam dosa sesungguhnya belum pernah mengalami kelahiran kembali (regeneration).
PEMULIAAN (GLORIFICATION) – Ini disebut juga keselamatan final dimana kita dibebaskan dari kehadiran dosa. Hal ini akan digenapi di kekekalan yang akan datang.Paulus menulis dalam Roma 6:1-4, bahwa orang Kristen harus hidup dalam hidup yang baru. Hidup di dalam kehidupan yang baru tersebut tidak dihasilkan oleh tekad kedagingan untuk berkenan kepada Tuhan, seperti dalam Yudaisme yang ekstrim—bukan juga dengan cara mengabaikan hukum-hukum Tuhan seperti dalam antinomianisme yang menyalahgunakan kasih dan kesabaran Allah; tetapi melalui ketaatan yang tulus, ketaatan yang berdasarkan kasih, ketaatan di atas landasan iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Setelah ilustrasi yang panjang melalui tokoh-tokoh iman dalam Ibrani pasal 11, penulis surat Ibrani mengajak kita untuk bertekun dalam iman (Ibr 12:1-2). Iman mempunyai dimensi kekekalan: melalui ketekunan kita akan sampai ke dalam kemuliaan (Rom 8:17; 29-30).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar